PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir MSi menyampaikan terima kasih kepada Calon Presiden Republik Indonesia Anies Rasyid Baswedan serta Calon Wakil Presiden RI Abdul Muhaimin Iskandar yang telah hadir di Uniuversitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Kehadiran mereka itu dalam rangka Dialog Terbuka yang dilaksanakan oleh PP Muhammadiyah, Rabu (22/11/2023). Selain hari ini di UMS, PP Muhammadiyah juga akan menggelar untuk pasangan calon nomor urut 2 di UMSurabaya, Jumat (24/11/2024) dan calon nomor urut 3, Kamis, (23/11/2023).
Haedar mengatakan, para pendiri Indonesia dan pejuang kemerdekaan telah meletakkan pondasi Indonesia begitu kokoh, terbingkai bagus, dengan bangunan sistem yang kuat disertai keteladanan, kenegarawanan alam pikiran dan orientasi tindakan yang luar biasa hebat.
“KH Ahmad Dahlan, Nyai Walidah, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari adalah tiga tokoh umat, tokoh pergerakan, yang berpikir tidak hanya Islam dan keislaman, tapi melampaui itu berpikir tentang kebangsaan,” ucapnya.
Menurutnya, presiden pertama RI Sukarno mengatakan, Indonesia yang akan kita merdekakan itu punya pondasi dasarnya yang kokoh yaitu pancasila.
“Soetomo mengatakan, Indonesia yang akan merdeka bukan hanya ragat fisik tapi bernyawa. Ki Bagus Hadikoesomo yang merupakan tokoh BPUPKI juga mengatakan, saya muslim dan saya Indonesia asli dan saya ingin Indonesia yang dibangun nanti adalah Indonesia yang kaya,” paparnya.
AR Baswedan Pejuang Lewat Pena
Haedar menambahkan, tokoh jurnalis AR Baswedan yang cucunya ada di sini, ia berjuang lewat penanya dan mendirikan persatuan Arab Indonesia, tapi ia tahu jiwa keindonesiaannya melebihi yang semestinya. Dia selalu pakai blankon dan pakai bahasa Jawa yang medok.
“AR Baswedan menggerakkan kekuatan bangsa Arab untuk membantu kemerdekaan Indonesia. Bahkan dia menjadi leader bersama Agus Salim dan Kahar Mudzakir untuk diplomasi mendukung kemerdekaan dari Timur Tengah. Bahkan dia membawa dokumen dari Mesir dengan bersembunyi dari bandara ke bandara dan berhasil membawa surat kemerdekaan dari Mesir itu sampai ke Indonesia,” ucapnya disambut tepuk tangan hadirin.
Haedar mengatakan, kita akan dialog karena kita yakin Capres dan Cawapres masing-masing punya sejarah jejak pemikiran reputasi dan pengkhidmatan yang tinggi. Tapi Muhammadiyah sadar Indonesia ke depan tidak mudah.
“Pondasi yang diletakkan para pendiri bangsa selama 78 kemerdekaan ini, di samping ada banyak kemajuan, tapi dalam catatan Muhammadiyah masih ada stagnasi. Masih ada erosi, distorsi, dan penyimpangan dari cita-cita jiwa dan pondasi yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa,” paparnya.
Maka Capres-cawapres di Muhammadiyah diajak untuk mendiskusikan secara serius persoalan ke depan agar pondasi kokoh, jiwa kenegarawanan teruji. “Dialog juga menjadi cara kita agar tidak asal memilih. Soal gimana dialognya nanti Pak Sekum Abdul Mu’ti akan mempimpin dialog ini,” katanya.
Haedar mengatakan, undangan yang disebarkan PP Muhammadiyah terbatas, tapi ternyata yang hadir melampuai yang semestinya. “Kami harap seluruhnya menjaga kewibawaan majelis ini. Selamat berdiskusi semoga Alllah memberi kemudahan serta barokahnya,” ujarnya. (*)
Penulis Nely Izzatul