PWMU.CO – Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar hadir dalam ‘Dialog Terbuka Muhammadiyah bersama Calon Pemimpin Bangsa’, yang dilaksanakan oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rabu (22/11/2023).
Acara dibuka oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir. Sementara dialog dimoderatori oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti. Dalam ‘uji publik’ ini, tampil beberapa panelis yaitu, Dr M Saad Ibrahim, Prof Sofyan Anif, Prof Dr Siti Zuhro, Prof Aidul Fitri, dan Prof Zuli Qadir untuk menguji visi-misi Anies-Muhaimin.
Di awal paparannya Anies mengapresiasi suasana penuh semangat dan tertib yang mencerminkan karakteristik Muhammadiyah. Ia menjelaskan pembangunan suatu negara bukanlah kebetulan, tetapi hasil dari ide dan pengalaman para pendiri Republik Indonesia. Lebih dari sekadar pembebasan dari kolonialisme, pendirian Republik Indonesia merujuk pada penyelenggaraan keadilan sosial dan kemakmuran bagi seluruh rakyat.
Ia menekankan dirinya dan Muhaimin Iskandar berpegang pada prinsip bahwa usaha mereka bukan semata tentang perubahan itu sendiri, melainkan untuk melihat Indonesia yang lebih adil, setara, dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang.
“Prinsip keadilan adalah prinsip utama yang kami hendak bawa. Ini yang kemudian nanti akan diterjemahkan di dalam berbagai macam kebijakan,” ujarnya.
Anies juga membicarakan evolusi bangsa Indonesia dari kesepakatan menjadi satu bangsa pada tahun 1928 hingga menjadi negara kesatuan pada 1950.
Ia menyebut ‘Deklarasi Djuanda’ menjadi tonggak penting dalam menyatukan Indonesia menjadi satu tanah air yang utuh. ‘Deklarasi Djuanda’ pada tahun 1957 baru berhasil diperjuangkan hingga 1982, menandai saat Indonesia benar-benar menjadi satu tanah air yang utuh secara geografis.
”Djuanda ini tokoh Muhammadiyah. Djuanda adalah seorang guru Muhammadiyah yang mengajar di Jakarta, bahkan ceritanya cukup legendaris ini. Diminta jadi guru di Technische Hogeschool dengan gaji 275 golden dan dia tetap memilih menjadi direktur sekolah SMP Muhammadiyah di Jakarta, ini seorang pejuang yang memiliki sejarah panjang,” ujarnya.
Baca sambungan di halaman 3: Ketimpangan Masalah Utama