Masih Pede?
Selanjutnya dia membahas keputusan MK mengenai Gibran Rakabumung Raka menjadi calon wakil presiden. Menurutnya, itu sangat menguras energi. Di mana ada percakapan yang oleh pakar-pakar politisi dan juga akademisi bahkan masyarakat sehingga menimbulkan konflik di antara dua kubu. “Konflik yang pertama mengatakan bahwasanya kami yang benar. Kubu selanjutnya mengatakan kami yang benar,” ungkapnya.
Prof Mu’ti pun berusaha menghentikan karena keterbatasan waktu. “Terima kasih ya. Berbagi waktu yang lain ya,” ajak Prof Mu’ti.
Saat itu, dia masih ingin menyampaikan gagasannya sehingga melanjutkan, “Sebentar, sebentar, sebentar. Selanjutnya adalah bagaimana seandainya seperti ini Ayahanda. Kalau kita lihat, kita perhatikan, bagaimana kubu sebelah itu mulai mengatakan di berbagai media TV, bahwasanya kami juga korban di tahun 2019 oleh orang lain yang saat itu adalah anggota partai yang sekarang dari bagian yang menguasai, yang sekarang merasa terzalimi.”
Pertanyaannya, “Apakah Pak Ganjar dengan suasana penuh kecemasan di amburadul ini bisa, kalau misalnya terpilih menjadi presiden atau Pak Mahfud menjadi wakil presiden, dengan suasana yang penuh dengan kecemasan ini apakah Pak Ganjar masih bisa untuk merasa percaya diri terpilih sebagai presiden dan wakil presiden?”
Apresiasi
Prof Mu’ti lantas berterima kasih dan mengapresiasi. “Ini kayaknya cocok jadi tim kampanye Pak Ganjar sama Pak Mahfud. Ini orasinya itu loh wah luar biasa. Saya makin yakin mahasiswa Muhammadiyah itu jadi orator-orator yang hebat!” ujarnya.
Dia juga memohon maaf. “Bukan berarti kami tidak akomodatif. Karena Pak Ganjar dan Pak Mahfud juga ada agenda lain walaupun saya tahu ada aspirasi banyak pertanyaan ingin disampaikan.”
“Tapi kita juga harus memahami bahwa beliau berdua juga agendanya tidak hanya di Muhammadiyah. Jadi dengan segala permohonan maaf kami tidak membuka pertanyaan berikutnya,” imbuhnya.
Usai meminta bersabar dan tenang, Ganjar menyampaikan, “Saya dulu waktu mahasiswa juga kayak kamu kok. Iya tapi dengarkan dulu. Saya juga kayak kamu tapi kita mendengarkan, saling menghormati ya, duduk dulu.”
“Bung, duduk dulu karena saya menghormati Anda dan Anda harus menghormati kami. Kami akan menjawab. Anda tidak perlu berteriak-teriak. Saya akan berterima kasih waktu khusus untuk Anda, Bung. Bung. Halo Bung, Bung, saya akan berterima kasih pada waktu Anda. Setelah ini khusus. Silakan duduk iya duduk aja, duduk saja, duduk,” tuturnya.
“Enggak apa-apa. Saya dulu waktu semester dua juga kayak Anda. Tenang aja enggak apa-apa. Diskusi ini menarik memang,” imbuh Ganjar.
Bukti Track Record
Ganjar menerima, “Tidak mudah merumuskan satu kalimat menjadi ringkas tapi penjelasan yang tadi itu kami bisa tangkap.”
Dengan santai dia menjawab, “Maling teriak maling, drama dan sebagainya kekuasaan itu apa namanya menggoda. Insyaallah kita akan melakukannya dengan cara yang benar dan itu bisa dibuktikan dengan track record kami.”
Menurut Mahfud, penjelasan Ganjar sudah lengkap. “Menurut saya, intinya itu segala sesuatu yang masih menjadi masalah bisa dibicarakan kembali untuk dirumuskan bersama nanti kalau kami sudah terpilih jadi. Kalau sekarang belum. Yang ini tadi sudah kita catat semuanya karena segala sesuatu itu selalu bisa diperbaiki,” tambahnya.
Prof Mu’ti pun menyampaikan titipan pertanyaan. “Tadi Profesor Alim menanyakan tentang kabinet perempuan di kepimpinan Bapak kalau ditakdirkan menjadi presiden wakil presiden. Pertanyaannya, apakah ada perempuan dari Muhammadiyah yang akan masuk kabinetnya Pak Ganjar dan Pak?”
Dengan tegas Ganjar menjawab, “Oh pasti! Dengan satu syarat si perempuan itu menjadi Tim Sukses saya hari ini!” (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni