Hukum Thucydide
Menjawab pertanyaan kedua mengenai persoalan internasional Uighur, Rohingnya, dan Palestina, Prabowo menjawab dengan mengaitkan ajaran sejarawan Yunani kuno Thucydides yang bernama “Hukum Thucydide”. Dia mengaku selalu mengajarkan itu di berbagai pendidikan yang fokus pada politik, strategi, pertahanan, dan perang.
“Thucydides adalah seorang ahli sejarah bangsa Yunani hidupnya adalah 2500 tahun yang lalu, dia punya hukum itu satu kalimat saja ‘The strong will do what they can and the weak suffer what they must’. Yang kuatakan berbuat apa yang dia ingin berbuat. Saya ulangi yang kuat akan berbuat apa yang ingin dia perbuat.Yang lemah harus menderita,” terang Prabowo. Ia mengatakan ajaran tersebut adalah kunci dan jarang diajarkan di Indonesia.
“Katakanlah apa yang bisa kita bantu, rakyat kita sendiri kurang makan, anak-anak kita sekitar 20 persen lebih kurang gizi, tadinya yang kita terima Rohingnya, sekarang kasihan rakyat Aceh, rakyat Sumatera Utara, ini saya bicara praktis Pak,” jawabnya.
Kemudian Prabowo menyampaikan kesediaannya dalam membantu Palestina yang sedang dalam situasi yang sulit. Setelah mengirimkan 50 ton bantuan sebelumnya, dia menyoroti kebutuhan mendesak Gaza yang mencapai 1000 ton per hari, seperti yang diinformasikan oleh Menteri Pertanian Mesir ketika ia menghubunginya.
Terkait isu Uighur dengan Tiongkok, Prabowo menekankan pendekatan diplomatis, kontak, dan engagementsebagai langkah awal. Dalam konteks tersebut, dia menekankan pentingnya membangun persahabatan yang bisa diterima oleh semua pihak, memanfaatkan undangan yang diberikan untuk memperkuat hubungan.
“Saya kira kalau Muhammadiyah mau bikin satu delegasi, saya akan bicara pasti mereka terima, satu delegasi dari Muhammadiyah untuk datangi daerah Uighur lihat tiap kampung, tiap kita lihat kelakuannya, bagaimana saya kira itu salah satunya.” ujar Menteri Pertahanan Indonesia ke-26 itu.
Kekuatan Indonesia
Prabowo Subianto kemudian menekankan pentingnya kekuatan negara Indonesia dalam mengelola kekayaannya. Dalam pandangannya, kekayaan tanpa kekuatan dapat mengakibatkan negara menjadi target perampokan, seperti yang terjadi selama 300 tahun, khususnya di Afrika.
Prabowo menyebutkan beberapa negara Afrika mengusir kehadiran Perancis karena kendali ekonomi yang tetap dipegang oleh negara asing setelah memberikan kemerdekaan. Dia menyoroti upaya hilirisasi sebagai langkah untuk memajukan negara dan memastikan kekuatan nasional yang komprehensif, mencakup aspek-aspek seperti geografi, demografi, sumber daya alam, ekonomi, politik, militer, dan psikologi.
“Karena kalau kita lihat unsur-unsur kekuatan nasional itu tidak satu, kita tidak bisa bicara ekonomi saja, salah. Para ekonom yang hanya bicara ekonomi itu keliru, ekonomi bagian dari politik bagian dari geografi, gemografi, sumber daya alam, ekonomi, politik, militer, dan osikologi,” tegasnya.
Prabowo juga menyoroti kritik terhadap sistem ekonomi kapitalis, neoliberalisme. Ia menyatakan keyakinannya bahwa sistem ini tidak mungkin membawa kesejahteraan kepada rakyat Indonesia. Dalam pandangannya, rakyat Eropa dan Amerika sudah meninggalkan neoliberalisme.
Menurutnya Indonesia perlu satu sistem baru, yaitu ekonomi Pancasila, ekonomi yang membela rakyat kecil. (*)
Penulis Ario Khairul Habib Editor Mohammad Nurfatoni