Faktor Subjektif
Terlepas dari visi, misi semua capres-cawapres, masyarakat seringkali punya cara sendiri dalam memilih. Faktor subjektifitas pasangan capres-cawapres suka tidak suka ikut masuk penilaian. Ganteng, pinter, lucu, sederhana, merakyat, keturunan pahlawan, putra presiden, dan sejenisnya sebagai faktor subjektif yang menyertai setiap pemilu.
Hal demikian selaras dengan budaya di tengah masyarakat, khususnya Jawa yang mempertimbangkan bobot, bibit, bebet. Persaingan paling sengit sesungguhnya di faktor-faktor subyektif ini termasuk rekam jejak semua capres-cawapres selama bekerja dan berprestasi di posisi sebelumnya.
Rekam jejak kinerja sebagai faktor subjektif dan objektif daripada rencana-rencana yang akan dilakukan jika menjabat. Rekam jejak pendidikan, pekerjaan dan prestasi menunjukkan kapasitas juga kompetensi para kandidat. Misalnya salah satu kandidat yang menjanjikan pembangunan kota besar di setiap provinsi, perlu dilihat rekam jejaknya dalam menangani suatu daerah.
Janji, visi, misi yang kurang selaras dengan rekam jejak calon ibarat halusinasi atau mimpi yang terlalu tinggi tetapi sulit terealisasi. Janji-janji dan program populis seringkali lebih menonjol daripada program-program yang realistis. Tugas para elite terpelajar menyadarkan para kandidat dan masyarakat untuk tetap menginjak bumi meskipun janjinya melangit.
Tugas Muhammadiyah belum selesai, sebagaimana Punakawan. Nasihat-nasihatnya terus dinanti para ksatria yang akan berlaga. Nasihat kebaikan berperan menghalangi hasutan keburukan, iri, dengki, sebagaimana diperankan karakter Sengkuni.
Pemilu damai harapan kita semua, jangan ada Sengkuni di antara kita. Jika tidak bisa jadi resi yang suci dan bijaksana, bisa jadi Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong—punakawan yang fokus mencari kawan. Melucu meredakan perselisihan dan ketegangan agar tidak terjadi perang saudara Baratayuda.
Cukup berhenti dalam cerita wayang, jangan sampai terjadi perang saudara Baratayuda disebabkan kubu Kurawa yang terus-menerus curang. Wallahualambishawab (*)
Editor Mohammad Nurfatoni