PWMU.CO – Dianggap gemoy oleh netizen, Capres Prabowo Subianto tidak pernah merasa memiliki branding apapun dalam media sosial.
Jawaban itu menanggapi pertanyaan panelis Dr Suko Widodo dalam Dialog Publik Muhammadiyah Bersama Capres-Cawapres bertempat di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jumat (24/11/2023).
Dosen Ilmu Komunikasi Unair itu menjadi panelis bidang pendidikan kebudayaan dan politik. Dia menanyakan bagaimana branding yang terbentuk oleh politisi dan etika politik yang baik itu.
”Semenjak maraknya TikTok, saya selaku peneliti komunikasi politik menemukan fenomena baru bahwa banyak di antara masyarakat publik yang menyukai Bapak Prabowo karena dianggap gemoy,” katanya.
Gemoy itu bahasa gaul anak muda yang juga dipakai di medsos. Artinya, lucu menggemaskan.
”Bagaimana bapak menyikap hal tersebut serta bagaimana pandangan terhadap etika politik yang baik di tengah maraknya media sosial dengan tipe politik yang penuh caci makian,” tanya Suko Widodo.
Menanggapi hal tersebut, Calon Presiden Prabowo Subianto mengatakan, tidak pernah merasa memiliki branding apapun dalam media sosial dan semua yang ada adalah hasil dari konten-konten yang dilihat oleh netizen.
”Sebenarnya apa yang saya lakukan seperti joget-joget itu reflek karena senang saja cuman karena terekam dan terposting ke media sosial ya mungkin publik melihatnya sebagai sesuatu yang lucu,” ucap Prabowo Subianto.
Dia menjelaskan media sosial memiliki peran besar dalam demokrasi. Karena opini publik dapat terbentuk baik secara sengaja maupun tidak.
Untuk itu, sambung dia, perlu adanya etika demokrasi yang baik. Yaitu rakyat menyampaikan kritik, saran, masukan untuk pemerintah secara kritis bukan caci-makian.
Prabowo juga menjelaskan, menerima segala bentuk demokrasi yang diberikan kepadanya asalkan hal tersebut bersifat kritis dan memiliki tujuan yang jelas khususnya untuk kemajuan bangsa.
Penulis Fatma Melani Putri Editor Sugeng Purwanto