Berbasis Kertas
Di SPEAM Kota Pasuruan itu juga menjadi pengalaman pertama saya mengisi pelatihan di pesantren. Ternyata ada tantangan tersendiri. Jika biasanya tugas-tugas praktik ditulis dengan laptop atau HP lalu disetor di WhatsApp group, di pelatihan tersebut anak-anak mengerjakan tugas di atas kertas, karena hanya tersedia enam laptop, sementara santri dilarang membawa gadget.
Otomatis saya pun menilai tugas-tugas secara manual. Ini juga mengingatkan saya saat menjadi guru tahun 90-an itu. Untungnya dibantu Ustadzah Nur Indah Surfilanti (Guru Bahasa Indonesia SPEAM) dan Ustadz Dadang Prabowo (Wakil Direktur SPEAM yang juga Kontributor PWMU.CO) untuk menilai tugas-tugas praktik menulis.
Soal mengerjakan tugas di atas kertas ini belakangan juga dipilih beberapa dosen atau panitia lomba penulisan untuk menghindari copy paste atau plagiarisme yang lagi mengkhawatirkan. Jadi ada bagusnya juga mengerjakan tugas dengan menulis di kertas.
Tapi sampai kapan santri dilarang membawa gadget, tablet, atau laptop? Sementara saat ini internet memiliki peran penting dalam dunia pendidikan atau ilmu pengetahuan.
Saat saya diminta memberi kajian Subuh di Pesantren Entrepreneur Muhammadiyah (PEM) Gondanglegi Kabupaten Malang, bulan lalu, sang mundir PEM Gondanglegi, KH Muhammad Fahri, menyampaikan jika 400-an santrinya diperbolehkan membawa HP. Dengan syarat jam lima sore HP sudah harus dikumpulkan ke pengasuh dan jam lima pagi baru diberikan lagi pada mereka.
Baca sambungan di halaman 3: Keniscayaan Internet