PWMU.CO – Field Research, siswa SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik Jawa Timur mengunjungi CV Berdikari Sukses dan PT Chitose International, Selasa (28/11/2023).
Dalam kegiatan Field Research dengan tema Exploration of Knowlwdge in The Industrial Technology Era. Sebanyak 250 siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik Jawa Timur mengikuti Field Research di 2 perusahaan.
Yaitu CV Berdikari Sukses di Jl Raya Klampok No 9B Karangploso Klampok Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik dan Showroom PT Chitose International di Jl Mayjen Sungkono Dukuh Pakis Kecamatan Dukuh Pakis Surabaya.
Kepala Spemdalas Fony Libriastuti MSi dalam sambutannya mengatakan terkait kedisiplinan dan ketaatan siswa terkait aturan. “Anak-anak akan mengunjungi tempat yang baru, pasti menarik ya. Nah, setiap tempat pasti ada aturan,” katanya.
Jadi, tegasnya, anak-anak harus mengikuti dan menaati aturan yang ada.
Tiba di CV Berdikari Sukses, rombongan diterima oleh owner (pemilik) dan staf. Salah satu staf produksi Achmad Kojin. Dalam materinya menyampaikan CV Berdikari Sukses merupakan perusahaan pengolaha kayu yang mulai dibangun tahun 2014 dan berproduksi sejak 2015.
“Produk dari perusahaan kami untuk ekspor. Terutama ke negara Jepang, Korea, Amerika, dan Belanda,” jelas bapak yang sudah 20 tahun lebih bekerja di bidang pengolahan kayu ini.
Lebih lanjut, Kojin, menjelaskan berbagai proses yang dilewati dari bahan mentah berupa kayu gelondongan hingga menjadi kayu setengah jadi.
“Diawali dengan sawmill (pembelahan kayu). Kayu yang telah dibelah kemudian dimasukkan ke kiln dry (pengering) menggunakan mesin chamber. Masuk ke proses planer yaitu penyesuaian ukuran/ketebalan serta mengetahui kualitas bahan sesuai permintaan atau order.
Tahap berikutnya adalah moulding yaitu mencetak sesuai dengan order. Hasil dari moulding kemudian masuk ke proses multi rip yaitu membelah kayu kanan kiri dan proses crosscut untuk menyesuaikan panjang produk yang dipesan.
Produk yang dihasilkan CV Berdikari Sukses bisa berupa decking (lembar kayu yang lebar dan tipis), balok, dan flouring (lembar kayu pendek dan tipis, biasanya untuk lantai).
Setelah menjalani serangkaian proses, produk kemudian dipacking (dikemas) dan siap dipasarkan. Khojin juga menambahkan tidak menutup kemungkinan munculnya limbah dalam proses pengolahan kayu. Limbah tersebut bentuk serbuk atau sisa-sisa potong.
“Limbah kayu ini mash nisa dimanfaatkan. Sisa potong masih dapat diolah sesuai pesanan. Sedangkan limbah serbuk digunakan untuk obat nyamuk bakar dan digunakan sebagai bahan briket,” tegasnya.
Proses Pembuatan Furniture
Rombongan selanjutnya menuju Showroom PT Chitose International Tbk. Sampai di lokasi rombongan diterima Direktur PT Chitose wilayah Jawa Timur dan Indonesia Timur, Lailatul Fitriyah SE.
Dalam paparannya, Fitri, panggilan akrab Lailatul Fitriyah menjelaskan sejarah pendirian perusahaan yang bergerak di bidang mebeler ini. “PT Chitose didirikan tahun 1981. Pabrik sekaligus kantor pusat perusahaan ada di Bandung,” jelasnya.
Lebih lanjut Fitri mengemukakan sejak berdirinya PT Chitose bekerja sama dengan Jepang dalam mengembangkan teknologi mebeler. “Pada saat itu, produk unggulan kami adalah kursi. Seiring perkembangan produk kami semakin banyak jumlah dan variannya,” katanya.
Pada tahun 2001 mulai memproduksi ranjang rumah sakit dan pada 2002 penjualan produk ranjang mencapai 2 juta unit di seluruh wilayah Indonesia. “Pada 2012 PT Chitose mendapatkan top brand karena banyak bermanfaat untuk pemerintahan, sehingga pada 2014 saham kamimulai go public,” imbuhnya.
Hingga saat ini, lanjutnya, selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, PT Chitose juga banyak mengekspor produknya ke beberapa negara seperti Jepang, Malaysia, Thailand. (*)
Penulis Fitri Wulandari. Editor Ichwan Arif.