PWMU.CO – Murid-murid Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) merupakan benih-benih Muhammadiyah. Mereka adalah masa depan Muhammadiyah. Maka semua guru TK ABA itu merupakan garda depan dalam gerakan Muhammadiyah.
Demikian pernyataan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang Dr Abdul Haris ketika berbicara di depan pimpinan, pengurus dan guru TK ABA se-Kota Malang dalam acara Silaturrahim Keluarga Besar Ikatan Guru Aisyiyah Kota Malang di Aula PDM Jl Gajayana 28 B Kota Malang, (17/7).
(Berita terkait: Harus Ada Mushaf Alquran dalam Tas Guru TK; Jangan hanya Bedak, Lipstik, dan Sejenisnya)
“Siapa yang TK-nya belum maju?” tanya Haris yang kemudian dijawab sendiri, “Kalau TK ibu-ibu ada yang belum maju jangan memakai nama TK ABA.” Menurutnya, memprihatinkan kalau ada lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tidak maju. Nah, untuk menjadikan TK ABA unggul, pesan Haris, dibutuhkan totalitas. “Jangan membuat amal usaha yang asal jalan saja,” pesannya.
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang itu mengatakan bahwa sebenarnya sumber daya manusia Muhamamdiyah itu hebat-hebat. “Hanya saja kadang kurang pinter dalam membuat kemasan,” sindir Haris.
Sebagai pengelola pendidikan, kata Haris, pengurus dan guru harus bisa menyerap bagaimana sebenarnya pendidikan yang diinginkan orang tua. “Dari situ kita bisa mendapatkan inspirasi kira-kira kemasan mana yang paling baik dan diminati masyarakat,” papar dia.
(Baca juga: Agar Guru TK Aisyiyah juga Mempraktikkan Kehidupan Islami)
Haris mencontohkan, ibarat baju meskipun kainnya murah tapi kalau modelnya bagus pasti harganya sudah beda. “Begitu juga dengan sekolah. Tampilan fisik juga akan mempunyai pengaruh. Ibu-ibu harus tunjukkan bahwa Muhammadiyah itu gagah dan Aisyiyah itu hebat,” ungkap Haris. Dia mengatakan, sekolah yang melarat itu tidak akan dilirik orang. “Sebaliknya dengan sekolah unggul. Orang akan datang sendiri.”
Pria asal Bojonegoro itu menjelaskan sebenarnya yang diinginkan masyarakat itu kepuasan akan pelayanan guru pada anaknya saat proses pembelajaran di sekolah. “Dan biasanya kalau sudah puas, orang tua akan korbankan apa saja,” jelasnya.
Haris menegaskan bahwa segmen pasar sekolah Muhammadiyah itu jelas sekali yaitu kalangan menengah ke atas. “Untuk itu kalau bikin sekolah ya tentu dengan kwalitas selera tinggi. Saya yakin bisa,” ujar Haris memberi semangat hadirin. (Uzlifah)