Istri Teladan
Singkat cerita terjadi pernikahan. Kerabat dari kedua pihak hadir. Abu Thalib berpidato. “Muhammad memang tidak kaya harta tetapi dia kaya jiwa tidak ada bandingannya. Harta bisa segera punah. Lima belas unta sebagai maskawin adalah tanggunganku,” tegas Abu Thalib. Pernikahan berlangsung setelah dua bulan15 hari dari kepulangan Muhammad dari Syam. Waktu yang pendek.
Setelah menikah Khadijah berubah drastis. Dari wanita karier yang sangat menonjol berubah menjadi istri yang melayani suami dan keluarga. Apalagi dia wanita subur. Dalam 10 tahun menikah dengan Muhammad dikaruniai enam anak. Kepada mereka fokus perhatiannya. Khadijah tidak pernah setengah-setengah. Muhammad kini yang bekerja mencari nafkah.
Warakah, pamannya, adalah seorang rahib mengatakan, pada diri Muhammad ada tanda-tanda kenabian. Khadijah percaya itu. Maka dia selalu mendukung ketika suaminya ingin melakukan renungan. Biasanya di Gua Hira’ beberapa hari. Khadijah menyiapkan bekal cukup.
Suatu hari Muhammad pulang dari Gua Hira dengan tubuh gemetar. Dia menceritakan peristiwa pertemuan dengan Jibril yang baru dialami. “Selimuti saya! Selimuti saya!” katanya dengan menggigil.
Khadijah segera menyelimuti dengan kain sekaligus menyelimuti dengan hatinya. “Tuhan tidak akan menyusahkan hatimu, suamiku, karena engkau dikenal laki-laki yang suka menyambung silaturahmi dan suka bersedekah,” kata Khadijah.
Tak terhitung berapa banyak uang Khadijah dihabiskan. Ini beda dengan naluri umum wanita yang enggan mengorbankan uang hasil cucuran keringatnya.
Muhammad segera tidur dengan hati tenang. Lalu Khadijah pergi ke pamannya Warakah. Menceritakan semuanya. Warakah lalu berkata: “Suamimu telah menjadi nabi. Kalau saja usiaku panjang aku akan membantu sepenuhnya. Dia akan banyak tantangan dan gangguan. Bantulah dia sepenuh hati.”
Periode Makkah periode sangat berat. Tantangan utama dari paman Nabi sendiri, Abu Lahab dibantu Abu Jahal. Khadijah bertekad ikut memikul beban Muhammad sepenuhnya. Ada dua orang menjadi penghalang kafir Qurais tak bebas menyerang Nabi. Yaitu Abu Thalib dan Khadijah. Keduanya orang yang disegani masyarakat Makkah
Untuk memberi sanksi lebih berat kepada pengikut Nabi, maka dilakukan pemboikotan. Dibuat ketentuan yang digantung di ka’bah, semua orang dilarang menjual atau membeli barang apapun kepada pengikut Muhammad.
Maka pengikut Nabi berkumpul di Syiib Abu Thalib, tempat terpencil di Makkah sebelah timur. Tahun pertama sudah mulai terasa. Tahun kedua bahan pangan sudah menipis. Mereka tidak bisa membeli kepada siapa pun. Kafir Qurais berharap mereka menyerah.
Di sini peran Khadijah sangat besar. Dengan kekayaan dan jaringan bisnis yang dimiliki, Khadijah diam-diam kontak kawan bisnisnya. Banyak yang bersedia dengan sembunyi-sembunyi melayani pembelian itu karena merasa waktu sulit dulu sering ditolong Khadijah. Tak terhitung berapa banyak uang Khadijah dihabiskan. Ini beda dengan naluri umum wanita yang enggan mengorbankan uang hasil cucuran keringatnya. Pemboikotan berakhir ketika maklumat yang digantung di Ka’bah habis dimakan rayap.
Baca sambungan di halaman 4: Hari-Hari Akhir