PWMU.CO – Berapa biaya haji ideal? Direktur Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah Kementerian Agama RI (Dirjen PHU Kemenag RI) Prof Hilman Latief MA PhD menjawabnya saat menjadi narasumber Seminar Problematika Haji 1445 Hijriah.
Ini bagian dari rangkaian Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah (LPHU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Sabtu (2/12/2023). Pada kesempatan itu ia membahas kebijakan penyelenggaraan ibadah haji 1445 Hijriah.
Prof Hilman memulai pemaparannya dengan mengulas kesepakatan terkait biaya penyelenggaraan ibadah haji. “Karena biaya penyelenggaraan haji ini sifatnya kebijakan politik,” ungkapnya di depan sekitar 135 peserta terdiri dari LPHU dan KBIHU Muhammadiyah se-Jawa Timur.
Alumnus Utrecht University, Belanda itu lantas bertanya kepada para peserta yang hadir di Aula Mas Mansyur, Gedung Muhammadiyah Jawa Timur, “Bapak Ibu sudah tahu biaya haji di Asia Tenggara? Satu-satunya negara yang di bawah Rp 100 juta, Indonesia! Lainnya Rp 108, 110, 120 juta.”
Karena biaya haji Indonesia ini paling rendah, maka dalam usulannya Prof Hilman berani menetapkan, “Saya mengajukan Rp 105 juta, salahkah itu? Usulan itu terendah se-Asia Tenggara. Baru usulan sudah terendah.”
Prof Hilman lantas menceritakan, “Alhamdulillah tiga pekan terakhir kita berjuang terus merumuskan mana formalasi yang lebih tepat untuk jamaah haji Indonesia. Kenapa terasa berat? Karena kita sudah terlanjur, secara politik, terninabobokan dengan harga yang tidak pernah naik. Kita juga ada subsidi-subsidi yang begitu besar, yang meninabobokan kita juga.”
Terkait usulannya, Prof Hilman menceritakan, pada pertemuan berikutnya, biaya turun terus. “Mulai Rp 105 juta, 98, 96, 94, hampir deadlock. Tapi kemudian saya coba buat kebijakan, kita akan bertaruh antara pembiayaan yang lebih proporsional dengan layanan yang juga harus baik!” tegasnya.
Menag Dibully
Prof Hilman lantas teringat ketika makan pagi awalnya direncanakan tidak ada pada haji tahun lalu. Namun pihaknya berjuang habis-habisan, sampai berusaha pindah hotel agar bisa masuk anggaran untuk makan pagi. Sebab, Prof Hilman menilai tidak mungkin jika para jamaah tidak dikasih makan pagi.
“Apakah tidak kita kasih makan? Penuh risiko. Tidak ada anggaran, kita carikan. yang penting ada asupan,” ujarnya.
Meski sudah pihaknya usahakan, nyatanya kualitas makan pagi tidak seperti makan siang dan makan malam. “Tidak semua berhasil mendapat persepsi publik yang baik. Pilihannya tidak makan atau makan sedapatnya lalu kita dicaci maki,” ungkap pria kelahiran Tasikmalaya, 25 September 1975 ini.
Dia juga mengingat kala dia dan Menag dapat bulyyan luar biasa dari jamaah haji Indonesia. “Layanan makan siang dan makan malam kita hancur karena kita ingin ada sesuatu yang bisa dimakan pagi hari oleh jamaah,” imbuhnya.
Berapa biaya haji ideal? Pertanyaan Prof Hilman bersambut jawaban dari para peserta. Prof Hilman membenarkan jawaban yang muncul. “Biaya haji furoda (tanpa antre) berkisar 25-35 ribu bahkan 40 ribu Dolar US,” ujarnya. Dengan harga demikian, Prof Hilman meluruskan, hotelnya tidak lebih baik dari haji biasa, bahkan tempatnya juga jauh.
Kemudian dia mengungkap, biaya haji ideal adalah 70 persen seperti tahun 2010-2011. “Bahwa jamaah 70 persen, subsidi 30 persen. Baru kita tenang bicara jamaah yang lima tahun akan berangkat,” terang Ketua I Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) periode 1998-2000 itu.
Prof Hilman juga menyatakan, “Kami sudah siap merancang sampai 2030-2035 berapa komposisi per tahun agar jamaah bisa diberangkatkan. Subsidinya proporsional per tahun. Ada kenaikan.” Sebab, menurutnya, kalau bertahan dengan pola ini, akan ada bom waktu.
Akhirnya alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mendoakan, “Mudah-mudahan kita bisa istithaah. Yang masuk tahun ini bisa berangkat mayoritas.” (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni