Allah Ingin Kemudahan
Muzammil menegaskan bahwa sejatinya Allah selalu menginginkan kemudahan bagi hamba-Nya dan tidak ingin mempersulit mereka. Termasuk kemudahan dalam menghafal al-Qur’an.
“Walaqad yassarnal qur’aana liddzikri fahal min mudzakkir. Telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Ayat ini diulang oleh Allah 4 kali, di surat al-Qamar dengan makna yang sama. Jadi Qur’an itu mutlak mudahnya,” tegasnya.
Ia menjelaskan kemudahan menghafalkan al-Qur’an berlaku untuk semua manusia. “Mau orang Arab, bukan orang Arab, mau anak kecil orang tua, mau normal mau disabilitas, mereka bisa. Kenapa mesti ragu? Keraguan itulah yang bikin kita sulit. Cuman kemudahannya bukan untuk diremehkan,” tuturnya.
Muzammil mengingatkan bahwa menghafal al-Qur’an bisa mudah dilakukan namun yang sulit adalah memasukkan al-Qur’an ke dalam hati.
“Karena masukin Qur’an ke dalam hati kita butuh pengorbanan,” terangnya.
Ia lantas mengisahkan dirinya yang menjadi qari’ sekaligus motivator al-Qur’an adalah berawal dari kecintaannya pada mengaji.
“Saya dari kecil suka ngaji karena suka sama iramanya. Ada berapa irama? Ada tujuh ya, jika ada lebih dari tujuh itu hanya turunan maupun variasinya aja,” ucapnya.
Muzammil mengakui bahwa ngaji dengan berirama merupakan sebuah nikmat. Namun ia menegaskan bahwa yang lebih nikmat dari ngaji berirama adalah tadabbur makna.
“Qur’an bisa kita nikmati dengan irama, tapi jauh lebih nikmat dengan tadabbur makna,” tandasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Mohammad Nurfatoni