PWMU.CO – Prinsip Muhammadiyah tetap berkembang dan kuat disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Solihin Fanani dalam Pengajian Ahad Pagi PDM Trenggalek di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Suruh, Ahad (3/12/2023).
Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan mengapa Muhammadiyah berkembang dan kuat? Karena Amal Usaha Muhammadiyah di Amerika Serikat, Australia, Malaysia dan Spanyol telah berdiri.
“Muhammadiyah juga mendapat wakaf tanah di Jepang, Korea, Papua dan tempat tempat lain sehingga Muhammadiyah semakin berkembang dan kuat. Beberapa prinsip yang membuat Muhammadiyah semakin berkembang dan kuat,” katanya.
Dia menuturkan, hal ini disebabkan, pertama memegang prinsip keagamaan. Menjadi warga Muhammadiyah harus memiliki nilai akhlak, iman, ibadah, muamalah yang baik, lurus, unggulan dengan memegang teguh kalimat tauhid tiada tuhan selain Allah.
“Tiada daya dan kekuatan melainkan karena Allah. Jika ada iman, maka kita hanya takut kepada Allah. Muhammadiyah memiliki beberapa standar beribadah diantaranya sesuai perintah Allah, sesuai contoh Rasulullah, dan penuh keikhlasan,” jelasnya.
Kedua, memegang prinsip ta’awun, suka menolong. Bermuhammadiyah berarti suka menolong. Hal ini dibuktikan dengan membantu Palestina, membantu negara sendiri Ketika terjadi Covid, bencana alam.
Ketiga memegang prinsip berorganisasi. Bermuhammadiyah memiliki aturan aturan. Muhammadiyah memiliki beberapa prinsip diantaranya pertama, kolektif kolegial. Ini bermakna Muhammadiyah diurus bersama-sama.
“Kedua adalah humanitas, memanusiakan manusia. Ketiga adalah spiritualitas, dilandaskan ketaqwaan kepada Allah, pada nilai nilai agama, agar tercipta negara yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofur. Keempat adalah moralitas,ini sangat penting. Dalam bermuhammadiyah harus mengutamakan akhlak,” katanya.
Prinsip keempat memegang prinsip dakwah. Apapun kegiatan yang dilakukan di Muhammadiyah semata mata untuk berdakwah. Dakwah itu tidak hanya ceramah, kita shalat jamaah juga dakwah. Berdakwah juga bisa melalui tulisan, sumbangan, menghadiri pengajian dan lain lain
Kelima, Muhammadiyah berkembang dan kuat terletak pada kekuatan amal usahanya. Amal usaha Muhammadiyah terdiri dari pengajian, panti, sekolah. Fungsi amal usaha banyak, diantaranya untuk berdakwah, kaderisasi, serta sebagai lahan beramal dan beribadah.
Lima Ujung bagi Pimpinan Muhammadiyah
Pengajian Ahad Pagi diramaikan dengan beberapa tampilan dari siswa MIM Suruh, kemudian diteruskan dengan pengajian iftitah oleh Irfan Firdianto.
Ketua Lazismu dan juga ketua LBH ini mengungkapkan tentang sangat pentingnya Lembaga Lazismu untuk keberlangsungan Muhammadiyah. “Jangan sampai warga Muhammadiyah menggali sumbangan dengan menggunakan rekening pribadi, ini bisa menyalahi pasal UU nomor 9 tahun 1961,” katanya.
Pembukaan diawali dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an, menyanyikan mars Sang Surya, mars Aisyiyah, serta beberapa sambutan.
Dalam sambutannya, Ketua PDM Trenggalek Wicaksono mengungkapkan, terkini telah lahir di Trenggalek PRM Kerjo. “Saya memberi nasihat bahwa pimpinan itu menjadi ujung tombak, menjadi yang terdepan dalam berjuang,” ujarnya.
Dia menuturkan, ujung tombok menjadi pelunas ketika memiliki banyak permasalahan keuangan. Ujung tambak, tidak di tengah-tengah ketika lahan amal usaha sedang maju. Ujung tembak, menjadi senapan ketika harus memperjuangkan Muhammadiyah dari kejauhan. Ujung tembok, tidak selalu ingin tampil, dominan, yang paling berjasa di Muhammadiyah, karena bermuhammadiyah harus ikhlas.
Masjid Saksi Sejarah
Di tempat terpisah Catur Winarno mengungkapkan, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Suruh, tempat diadakan pengajian ini, berdiri tahun 1959. Disebelah MIM berdiri masjid Al Jihad dan rumah pak Mukijan.
Masjid Al Jihad digunakan Jendral Sudirman selama tiga hari dalam perang gerilya pada tahun 1949. Meskipun helikopter Belanda berkeliaran di atas masjid, Belanda tidak menemukannya. Beliau seperti hilang.
“Beliau sakti karena kedekatannya dengan Sang Pencipta. Beliau rela tidur di masjid meski ditawari tidur di rumah Mukijan. Dinamakan Masjid Al Jihad adalah untuk mengenang perjuangan Jendral Sudirman selama berjihad melawan Belanda,” ceritanya. (*)
Penulis Kamas Tontowi. Editor Ichwan Arif.