PWMU.CO – Peran Muhammadiyah selamatkan semesta menjadi tema Pengajian Ahad Pagi (PAP) Fastabiqul Khairat Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Genteng Banyuwangi Jawa Timur bertempat di Masjid Al-Amin Jalan Hasanudin No 103, Ahad (3/12/2023).
Hadir sebagai Pencerah Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Abdul Basith LC MPdI. Di awal ceramahnya dia mengutip hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Muslim terkait motivasi menghadiri kajian keislaman.
Di antaranya jamaah akan mendapatkan ketenangan jiwa atau sakinah, mendapatkan rahmat Allah, hadir dibersamai malaikat, dan Allah selalu mengingat nama orang yang hadir di pengajian.
“Itulah hal-hal yang patut kita syukuri. Oleh karena itu setiap ada kelapangan waktu, usahakan untuk hadir di kajian seperti ini,” ujarnya.
Dia menuturkan, jika merujuk pada tema Ikhtiar Menyelamatkan Semesta, maka kita harus memahami apa yang harus dilakukan dalam hidup ini. Khususnya dalam rangka menjaga kelestarian bumi. Karena kerusakan bumi itu terjadi akibat ulah tangan manusia.
Lalu, bagaimana peran kita di organisasi? Kita dapat belajar dari cara Allah mengubah semesta ini. Para nabi diutus ketika penduduk bumi ini melakukan kerusakan. Seperti yang kuat menekan yang lemah, melakukan diskriminasi, dan mendhalimi sesama. Semua itu tumbuh subur, bahkan manusia sudah tidak tahu lagi siapa Tuhannya.
Selanjutnya dia menjelaskan peran Nabi Muhammad SAW membawa perubahan. Saat itu yang paling dominan menjadi kerusakan umat adalah kerusakan moral.
Kalau ini dibiarkan menurut Abdul Basith akan berimplikasi dapat merusak segala-galanya. Dia menyontohkan Firaun yang diceritakan dalam al-Quran Surat Yunus ayat 90-91. Firaun adalah tokoh populer pembuat kerusakan yang diabadikan dalam al-Quran. Di akhir hayatnya, saat kondisi sakaratul maut dia bertaubat. Dia menyatakan diri sebagai seorang muslim. Tapi taubatnya itu ditolak oleh Allah. Mengapa begitu? tanyanya retoris.
Padahal Firaun semasa hidupnya pernah membuat legacy yang berupa infrastruktur Piramida yang menjadi keajaiban dunia. Dan banyak mendatangkan income atau ekonomi.
“Apakah itu jadi amal jariyah yang berpahala?” jamaah menjawab dengan serentak, “Tidak.”
Bahkan Allah mencapnya sebagai tokoh pembuat kerusakan di muka bumi. Karena Firaun membuat undang undang yang tidak berkeadilan. Undang-undang yang dibuat berdasarkan kesombongan sebagai penguasa. Ini diabadikan dalam al-Quran ana rabbukumul a’la.
“Saya ini Tuhan kamu yang maha tinggi,” katanya.
Berikutnya Firaun membuat penduduk berpecah belah. Ia menindas sebagian rakyatnya. Kebijakan politiknya menyatakan laki-laki yang lahir dibunuh, sedangkan perempuan dihidupkan. Hal tersebut karena Firaun mendapatkan informasi dari intelnya, yang akan menggeser kekuasaannya adalah seorang laki laki.
Peran Muhammadiyah
Abdul Basith menyampaikan peran persyarikatan adalah membenahi undang-undang. Dengan mengirim orang-orang terbaik untuk membuat undang-undang yang baik dan berkeadilan.
Dia menjelaskan Nabi Muhammad diutus untuk rahmatan lil alamin. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran Surat al-Anbiya ayat 107.
Untuk itu, Rasul harus mengubah semesta. Orang yang berbuat kerusakan harus dibenahi moralnya. Memahami arti rahmatan atau kasih sayang harus secara komprehensif. Yaitu hubungan dengan sesama manusia baik. Jangan biarkan orang berbuat kerusakan. Dan mencegah jangan mengulangi lagi kerusakan itu.
Peran persyarikatan berikutnya tetap menggiatkan gerakan dakwah. Hal ini juga merupakan bagian dari ikhtiar menyelamatkan semesta. Selanjutnya mengubah orang shalih menjadi Muslih.
“Baik secara pribadi belum cukup untuk menyelamatkan semesta ini. Manusia shalih harus berubah menjadi Muslih. Baik untuk diri, lalu kanan dan kiri juga ikut baik. Karena peran Muslih-lah dunia ini tidak akan hancur,” jelasnya.
Setelah Nabi Muhammad wafat, ada beberapa sahabat yang salah tafsir terhadap ayat surat al-Maidah ayat 105. Mereka beranggapan sudah cukup dengan menjadi shalih, lalu membiarkan yang lain. Yang akhirnya hal ini diluruskan oleh sahabat Abu Bakar RA dengan melarang pembiaran.
Abdul Basith menjelaskan azab Allah akan mengenai siapapun di semesta ini, karena keabaian. Maka doa saja tak cukup, tanpa berbuat nyata untuk menyelamatkan semesta.
Saat nabi memerintahkan sahabat untuk menolong orang yang mendhalimi dan yang didhalimi. Sahabat bertanya bagaimana menolong orang yang mendhalimi. Jawab nabi dengan mencegahnya berbuat kerusakan. Begitu cara menolongnya. Menjadi muslih sangat berisiko, sedangkan menjadi shalih tidak berisiko. Karena Muslih itu mengubah akhlak umat. Maka harus dilakukan dengan etika.
“Misal seseorang saat diajak ke masjid belum mau. Jangan dipaksa, tapi besok ajak lagi. Jangan frontal harus ada metode dakwah,” ulasnya.
Skala Keindonesiaan
Abdul Basith menjelaskan Indonesia akan mempunyai hajat besar yakni pemilu untuk memilih pemimpin. Siapa yang dipilih atau yang tidak dipilih?
“Jangan pilih pemimpin yang tidak amanah. Jangan mengikuti ego pribadi saja untuk dapat uang, lalu mengalahkan orientasi selamatkan semesta,” pesannya
Bagaimana kita bisa eksis dimuka bumi ini? Caranya dengan memberi manfaat kepada sesama. Itulah yang telah dilakukan Muhammadiyah selama ini. Sehingga tetap eksis, karena persyarikatan ini dijaga Allah.
Allah telah memaparkan perumpamaan ini dalam al-Quran Surat Ra’d ayat 17. Buih yang membawa kotoran akan sirna. Sedangkan air dan perhiasan yang membawa manfaat akan tetap tegak abadi.
Di akhir ceramahnya Abdul Basith mengajak jamaah untuk ikhlas memberi manfaat kepada sesama, agar dijaga Allah tetap eksis di bumi ini. (*)
Penulis Taufiqur Rohman. Editor Ichwan Arif.