Dua Lembaga Luar Negeri Ajak MDMC PWM Jatim Kerja Sama

Para peserta dari NCA dan EMRDA saat melakukan foto bersama di PWM Jatim (Dokumen MDMC)

PWMU.CO – Dua lembaga luar negeri, yaitu Masyarakat Ethiopian Muslims’ Relief and Development Association (EMRDA) dan Norwegian Church Aid (NCA) mengajak MLHPB PWM Jatim kerja sama internasional.

Ketua Majelis Lingkungan Hidup Penangulangan Bencana (MLHPB) atau Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Muhammad Rofi’i ST MT mengungkap rencana kerja sama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini.

“Ini terkait dengan kerja sama kita dengan mereka. Nanti ada beberapa program yang mau dikerjakan, terutama terkait dengan isu-isu lingkungan dan mitigasi kebencanaan,” ucapnya.

Tropenbos Indonesia (TI), sebagai lembaga swadaya masyarakat di Indonesia, menjadi promotor acara yang memfasilitasi EMRDA dan NCA Javs Learning Trip ke Kantor PWM Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Selasa (5/11/2023) sore. Ketika keliling Indonesia, EMRDA dan NCA menjadikan MLHPB MDMC PWM Jatim sebagai salah satu destinasi kunjungannya.

Walaupun memorandum of understanding (MoU) belum tercapai karena keterbatasan waktu, Rofi’i menegaskan akan segera ada langkah untuk menindaklanjuti kerjasama ini. Program-program yang akan dijalankan bersama pun akan segera dirumuskan dalam kerangka kerja sama yang lebih formal (MoU). “Insya Allah nanti akan kami tindak lanjuti,” ujarnya.

Rofi’i juga memaparkan dua hal penting dalam pertemuan sore itu. Secara prinsip, tidak hanya berfokus pada isu lingkungan melainkan juga terkait dengan Hak Asasi Manusia (HAM), kesetaraan gender dan perdamaian.

Rofi’i menambahkan, ada satu program yang sejalan dengan mereka. “Kegiatan-kegiatan itu dilakukan melalui pendekatan keagamaan, termasuk dakwah dan berbagai kegiatan serupa. Berbasis komunitas ini karena kita juga memiliki komunitas, seperti komunitas Muhammadiyah mungkin serupa,” ungkapnya.

Jadi, ada tujuan yang sama terkait tujuan dan cara menggerakkannya. Yakni dilakukan melalui pendekatan berbasis agama.

Rofi’i membenarkan rencana pertemuan selanjutnya. Sebab masih banyak hal yang perlu dibicarakan, terutama program-program rencana jangka panjang.

“Tidak bisa dilaksanakan dalam waktu sebulan, dua bulan, setahun, atau dua tahun, melainkan bertahun-tahun. Terutama, pembahasan tentang perdamaian sangat menonjol sekali. Melalui pendekatan agama, perdamaian menjadi salah satu jalurnya juga,” ucapnya.

Baca sambungan di halaman 2: Toleransi Beragama

Tamu dari NCA dan EMRDA ketika melakukan pembicaraan di Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim (Dokumen MDMC)

Toleransi Beragama

Ia juga menekankan, Muhammadiyah menerapkan nilai toleransi beragama. Muhammadiyah tidak hanya memberikan layanan masyarakat di wilayah yang mayoritas beragama Islam, tetapi juga di daerah yang dominan non-Muslim, seperti di NTT dan Papua.

“Kami menegaskan bahwa Muhammadiyah sangat welcome, termasuk bagi mereka yang menganut Islam maupun non-Muslim. Peserta yang hadir dalam pertemuan ini mencakup individu-individu dengan berbagai latar belakang agama, mencerminkan sikap inklusif dan penerimaan Muhammadiyah terhadap keberagaman,” tambahnya.

Rofi’i berharap dapat melibatkan lembaga-lembaga lain untuk diajak bekerja sama dengan mereka. Sejauh ini, Aisyiyah juga bekerja sama. Dengan prinsip utama ingin merumuskan program bersama sebagai bukti nyata dari kerjasama tersebut.

“Kita libatkan bahkan bisa jadi lembaga-lembaga lain kita ajak juga untuk bekerja sama. Pembiayaan otomatis berdasarkan sistem berbagi antara Norwegia dan Muhammadiyah. Ini akan menjadi bukti bahwa kerja sama ini tidak hanya sebatas lokal, melainkan juga berskala internasional karena pihak yang terlibat berasal dari Ethiopia dan Norwegia,” ucapnya.

Nagi Rofi’i, pertemuan ini menandai langkah awal dan harapannya diikuti pertemuan-pertemuan berikutnya yang lebih fokus pada aspek teknis terkait kerja sama. (*)

Penulis Ario Khairul Habib Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version