PWMU.CO – SD Mudipat (SD Muhammadiyah 4) Pucang Surabaya menerima penghargaan dari Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ahad (3/12/2023).
Penghargaan itu diberikan karena sekolah yang berlokasi di Jalan Pucang Anom 93 Surabaya itu dinilai sukses menjalankan program sekolah sirkular.
SD Mudipat dinobatkan sebagai The Curriculum Design and Adoption on Circular Economy 2023 yang ditandatangani Dr Riza Noer Arfani, Direktur PSPD UGM.
Penghargaan diterima oleh Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Edy Susanto MPd di UGM Yogyakarta.
Edy didampingi Wakil Kepala Sekolah Bidang Akademik, Sarpras, dan Humas Aliyatuz Zakiyah D SSi MPd, Wakil Kepala Bidang Ketenagakerjaan, Al-Islam Kemuhammadiyahan, dan Kesiswaan Edi Purnomo SAg MPsi, serta Wali kelas 4 Dian Ikaningsih SS SPd dan Nur Ratnasari SPd.
Wakasek Aliyatuz Zakiyah mengatakan, senang dan bersyukur diberi kesempatan mengikuti program sekolah sirkular.
Dia berharap dengan memasukkan program sekolah sirkular di dalam kurikulum, siswa Mudipat lebih termotivasi ikut serta dalam sekolah sirkular ini.
”Yaitu melindungi alam semesta dari bahaya sampah dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar,” terangnya.
Kurikulum SD Mudipat telah tiga tahun ini menjalankan program sekolah sirkular. Program ini baru dimulai kelas 4. Ke depan program ini dapat diperluas untuk kelas lainnya, misalnya kelas 5 dan 6.
”Semoga dapat menambah kepercayaan Masyarakat terhadap Mudipat tercinta,” harap ibu tiga anak itu.
Lima R
Aliyatuz menerangkan, Mudipat menjalankan program sekolah sirkular dengan 5R. Yakni, Rethink, Reduce, Reuse, Recicle, dan Repair.
Rethink adalah memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya partisipasi kita untuk peduli dan menjaga lingkungan.
Reduce ialah mengurangi pemakaian bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan. Seperti plastik yang tidak dapat diurai di lingkungan.
“Kita mengganti bungkus makanan/tepak katering sekali pakai dengan tepak katering yang bisa dipakai berulang, pemakaian botol minum yang bisa dipakai berulang, mengganti gelas plastik dengan gelas kertas yang lebih ramah lingkungan,” jelas alumnus Unesa itu.
Selanjutnya Reuse adalah menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya.
Contoh menggunakan botol air mineral untuk pot bunga, menggunakan bekas tempat cat untuk tempat sampah.
Recycle adalah mengolah kembali sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. Contoh mengolah bungkus makanan ringan, kopi, dan lainnya. Yang dimasukkan dalam botol untuk membuat ecobrik.
Ecobrik ini bisa dijadikan kursi, meja, rak buku, rak pensil, dll. Mengolah botol air mineral menjadi tempat pensil, pot, bunga, dan lainnya.
”Terakhir, repair adalah memperbaiki kembali barang yang rusak menjadi baik kembali. Contoh menjahit kancing baju yang lepas, mengecat kembali pagar yang berkarat dan lainnya,” ungkap Aliyatuz.
Program Sekolah Sirkular
Aliyatuz menegaskan, program sekolah sirkular tidak akan berhasil tanpa dukungan semua warga sekolah.
Jika semua guru dan tenaga pendidikan Mudipat bersama-sama mengampanyekan kegiatan ini, bisa dibayangkan, program baik ini bisa tersampaikan kepada 1.500 siswa Mudipat.
”Lalu seluruh siswa tersebut menularkannya kepada keluarga di rumah, maka gerakan peduli lingkungan ini pasti akan bisa berjalan lebih baik dan memberikan banyak manfaat untuk semesta,” paparnya.
Dia berharap anak-anak SD Mudipat bersama-sama mendukung program sekolah sirkular untuk menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah yang tidak ramah lingkungan. Lalu menjalankan program mengolah kembali sampah itu menjadi barang yang bermanfaat.
”Mari memulai dengan hal yang sederhana, seperti memilah sampah organik dan anorganik. Memulai dari diri sendiri dan menularkan kepada yang lain,” tegas Aliyatuz. (*)
Penulis Mulyanto Editor Sugeng Purwanto