Mendahulukan Tangan saat Sujud Ternyata Haditsnya Shahih; Sambungan dari artikel Analisis Kredibilitas Al-Darawardi dalam Hadits Mendahulukan Tangan ketika Sujud; Format Baru Fatwa-Fatwa Tarjih oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA; Ketua Lajnah Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jatim dan Direktur Turats Nabawi Pusat Studi Hadits.
PWMU.CO – Hasil temuan penulis, ternyata nilai cacat yang melekat pada al-Darawardi tidak mempengaruhi periwayatan Abu Hurairah tentang tata cara sujud mendahulukan tangan dari pada lutut.
Dari paparan jarh dan ta’dil terhadap Abdul Aziz bin Muhammad al-Darawardi sebagaimana pada artikel sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, nilai cacat al-Darawardi hanya pada aspek kedhabitan (kecermatan hafalannya), bukan pada aspek keadilannya (kredibilitasnya).
Harus difahami bahwa setiap perawi hadits itu dinilai pada dua aspek, aspek keadilan dan aspek kedzabitan. Apabila cacat perawi pada aspek keadilannya, maka periwayatannya tertolak, namun apabila cacat pada aspek kecermatannya, akan dirinci apakah dia menyendiri dalam periwayatannya atau ada kesaksian periwayatan yang lain atau apakah nilai negatifnya itu berdampak cacat matan hadits atau tidak?
Kesimpulan nilai jarh Al-Darawardi dalam hadits Abu Hurairah tentang tata cara sujud sebagai berikut;
Untuk dapat mengamati apakah asbab jarh Al-Darawardi berdampak kedhaifan periwayatannya atau tidak, berikut ini dicantumkan kembali teks dan sanadnya (penulis contohkan pada kodifikasi Abu Dawud sebagai berikut):
سنن أبي داود (1/ 222): 840 – حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَسَنٍ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَبْرُكْ كَمَا يَبْرُكُ الْبَعِيرُ، وَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ»
Takhrij Hadits:
Hadits di atas dikeluarkan oleh Abu Dawud: 840; 1091; Nasai: 1091; Nasai dalam Sunan Kubra: 682; Ahmad: 8955 , Daraqutni: 1304, 1305; Darimi: 1360; Baihaqi dalam Sunan Kubra: 2633, 2634; Baihaqi dalam Ma’rifah Sunan wa Atsar: 3494; Tamam dalam Fawaid: 720; Thahawi dalam Syarah Ma’ani Atsar: 182, 1515.
Semua kodifikator sanadnya mengkrucut pada “haddatsana Abdul Aziz bin Muhammad al-Darawardi”, “haddatsani Muhammad bin Abdullah bin Hasa”, “an Abi al-Zinad”, “an al-A’raj”, “an Abi Hurairah ra.”.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَسَنٍ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
Baca sambungan di halaman 2: Tujuh Kesimpulan