![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2023/12/WhatsApp-Image-2023-12-08-at-14.45.00.jpeg?resize=1200%2C581&ssl=1)
Libatkan Ketakwaan
Pertanyaan datang dari jamaah Bernama Shofi. “Kadang kita tuh kalau melihat orang yang di bawah kita kita tuh kayaknya bersyukur banget gitu kan, kayak kita diberi kelebihan. Tapi kadang kalau kita ngelihat yang di atas kita tuh kayak merasa kurang sekali jadi nggak bersyukur,” ujarnya mengawali pertanyaan.
Shofi menekankan, “Tapi kalau kebanyakan lihat yang di bawah kadang itu kita merasa kayak hidup kita tuh nggak berkembang ya. Soalnya kok katanya kita tuh terlalu menerima gitu loh. Gimana sih ustadz caranya menyingkapi hal-hal seperti itu? Salah nggak sih kalau kita punya sikap seperti itu?”
Ustadz Rifa’i menegaskan, “Kalau kebanyakan melihat ke bawah khawatirnya tidak termotivasi?”
Dia lantas menjawab dengan kembali menekankan potongan al-Hasyr ayat-18, “Perhatikanlah apa yang diperbuatnya untuk hari esok. Ini ayat motivasi, Bu. Bahwa siapa yang hari ini menanam padi, besok pasti panennya gabah, gabah diolah jadi beras gitu ya. Nah siapa nanam jagung, panennya jagung.”
Kesimpulannya, siapa yang melakukan sesuatu hari ini, besok dia akan panen yang sama. “Hukum kekekalan energi itu mengatakan, energi itu gak hilang, hanya berubah, berganti bentuk,” terangnya.
“Ayat sebelumnya sudah Allah katakan, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Kuncinya di sini. Kalau Jenengan hari ini memandang ke bawah tapi tetap ingin terjaga motivasi untuk untuk hidup yang lebih baik, tetap pakai takwa!” tegasnya.
Ia mengingatkan, jangan sampai tidak melibatkan ketakwaan. “Mohon maaf, kalau jenengan kemudian karena lihat ke atas jadi ingin termotivasi tapi gak melibatkan Allah, gak hati-hati, merasa diawasi Allah, rezeki berlimpah gak merasa yang ngasih adalah Allah, maka yang terjadi adalah muncul akunya.”
Dia lanjut mencontohkan keakuan yang muncul seolah tanpa keterlibatan Allah, “Karena kerja kerasku. Yang lain kerja 8 jam, saya 12 jam. yang lain tidur, saya masih tetap kerja. yang lain istirahat, saya masih jualan online.”
Tujuannya melihat ke bawah (kepada yang kurang beruntung) itu muncul Syukur. “Ya Allah Alhamdulillah aku masih dikasih lebih. Lihat ke atas untuk motivasi. Nah kalau sering lihat ke bawah, jarang lihat ke atas sayagak termotivasi, salah berarti jenengan,” sambungnya.
“Kalau ayatnya jelas, perhatikanlah apa yang diperbuat hari ini untuk hari esok. Karena Jenengan besok mau berlimpah harta? Hari ini kerjanya yang keras. Sungguh-sungguh. Perintah agama begitu! Yang penting satu, jangan sampai tidak melibatkan Allah,” tegasnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post