PWMU.CO – LDK diharapkan sebagai pemangku dakwah literasi disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr M Saad Ibrahim.
Hal ini disampaikan pada pembukaan Training of Trainer (ToT) LDK PP Muhammadiyah yang diikuti oleh Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PWM Regional II (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI, DIY, Jawa Timur, dan Bali) di Aula Gedung Ir Juanda, Universitas Muhammadiyah Cirebon, Jumat (8/12/2023)
“Pemilihan tempat LDK ini di kampus, berdasarkan surat al-Alaq ayat 1, iqra’. Bacalah. Maka dakwah komunitas pertama yang dituju oleh Qur’an itu ya semacam kampus, karena khitab-nya itu Nabi Muhammad,” ucapnya.
Menurutnya, begitu Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu maka hal itu merupakan deklarasi beliau sebagai Nabi tapi sekaligus khitob itu bermakna, bahwa Nabi adalah pemangku dunia literasi.
“Hebatnya Nabi yang ummi tapi langsung dideklare sebagai pemangku dunia literasi, iqra‘ bismirobbikalladzii khalaq. Dunia literasinya itu dengan qiraah,” ungkapnya.
Karena itu, menurut Saad, kampus sebagai pemangku utama dunia literasi. Juga dakwah komunitas yang utama haruslah pemangku literasi karena literasi itu pemangkunya menjadi bagian terdepan dalam peradaban.
“Tidak sekadar attaqadum (peradaban) tapi attaqadum islami (peradaban islami),” tuturnya.
Saad lantas mengaitkan pentingnya dakwah pada pemangku literasi dengan Surat Fathir ayat 28.
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُ
“Ulama itu memulai memahami pada titik teologisnya, di ayat sebelumnya, alam tara annallah (tidakkah engkau melihat sesungguhnya Allah). Jadi pemahaman terhadap fenomena itu berbasis teologi,” terangnya.
Saad menambahkan bahwa di ayat 28 surat Fathir tersebut tidak sekadar dalam konteks fenomena alam, tapi juga terkait manusia. Sementara di ayat 29, Allah menyebutkan bahwa orang yang mendirikan shalat dan beramal shalih lainnya mendapatkan apresiasi tersendiri berupa perdagangan yang tidak akan rugi.
“Jadi sesungguhnya ulama yang dituju yang menjadi pemangku dunia literasi, itu memang pada posisi yang strategis. Karena itu terima kasih Bapak Rektor dan Bapak PWM yang telah memberikan fasilitas untuk lembaga dakwah komunitas ini, ” jelasnya.
Lebih lanjut, Saad mengatakan komunitas menurutnya lebih konkret dari pada khusus, termasuk tugas dakwah Muhammadiyah di Indonesia ada kawasan khusus, contohnya Bali dan Papua.
Maka dakwah komunitas, tidak cukup kembali ke tempatnya kecuali dibekali pengetahuan yang komprehensif, objek dakwah kemudian strategi dan teknisnya.
“Saya harap satu tahun ada kajian yang komprehensif, bagaimana cara berdakwah kepada pemangku dunia literasi itu, ” tandasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Mohammad Nurfatoni