PWMU.CO – Di sela misi kemanusiaan di Mesir, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr Amirsyah Tambunan memberikan tausiah kepada mahasiswa Universitas Al-Azhar yang berhimpun di Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Mesir, Kamis (7/12/23).
Para mahasiswa dengan antusias mendengarkan tausiah yang di sampaikan sejumlah narasumber. Selain Buya Amirsya, ada Rizaludin Kurniawan (Baznas RI) Amisyah dan Prof Dr Sudarnoto Abdul Hakim (MUI).
Menurut Buya Amirsyah pada dasarnya pradaban manusia merupakan dialektika kehidupan seperti kita saksikan perlawanan Nabi Musa kepada Fir’aun. Museum Fir’aun merupakan saksi sejarah yg meninggalkan bentuk pradaban meterial pada patung Fir’aun pada Museum Nasional di Mesir.
“Kehadiran Islam memberikan jalan tengah (wasathi) secara seimbang (tawazun) dalam kehidupan di dunia dan akhirat, material dan spritual, derta fisik-mental,” katanya.
Untuk itu lima pesan penguatan peradaban masa depan bangsa yang dapat dilakukan para mahasiswa dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Yakni; pertama, kecerdasan intelektual anak bangsa sehingga tidak mudah di dikte oleh bangsa lain; kedua, pengutan kecerdasan emosional sehingga memperkuat semangat pantang menyerah dalam menghadapi tantangan.
Ketiga, kecerdasan spritual untuk penguatan jiwa dan semangat agar istiqamah dalam berjuang meneguhkan nilai kemanusiaan; keempat, kecerdasan sosial yakni menjadikan kekuatan masyarakat (civil society) dalam membangun pradaban umat; kelima, kecerdasan enterpreneur untuk memperkuat kemandirian ekonomi umat.
Menurutnya, kekuatan ekonomi umat harus berdiri di atas filantropi Islam yang tangguh di mana Indonesia mempunyai modal sosial (social capital) dengan rengking tertinggi berderma di dunia Islam melalui varibel suka membantu, suka menolong, berderma kepada sesama.
Dalam konteks itu, lanjutnya, tragedi kemanusiaan yang dilakukan Zionis Israel pada bangsa Palestina harus menyadarkan dunia Eropa dan dunia Barat agar kembali kepada hati nurani saling peduli, saling kencintai nilai-nilai kemanusiaan, bukan justru membunuh anak-anak, wanita yang tidak berdosa berdampak pada membunuh masa depan pradaban bangsa.
“Oleh sebab itu pradaban Islam sejatinya lahir dari kesadaran bersama (kolektif) dengan menjaga keseimbang (tawazun) mental- spritual dengan material dengan memperkuat zakat dari mustahik kepada muzakki, dari infak, sedekah untuk menumbuhkan kecintaan kepada nilai kemanusia, dan menjadi wakaf produktif membangun pradaban seperti Universitas Al Azhar Mesir yang bersumber dari wakaf,” pesannya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni