PWMU.CO – Banjir apresiasi hingga pelantikan ramaikan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) dan Hizbul Wathan (HW) Camp SMP Muhammadiyah 7 (SMP Mutu) Surabaya Jawa Timur.
LDKS dan HW Camp SMP Mutu Surabaya ini dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama pada Kamis-Jumat (16-17/11/23) di sekolah, dan sesi kedua yakni Selasa-Kamis (21-23/11/23) di Bumi Perkemahan Klurak Mojokerto, Jawa Timur.
Kepala SMP Mutu Surabaya, Imam Sapari SHI MPdI mengatakan, LDKS dan HW Camp yang biasanya identik dengan materi peningkatan kedisiplinan maupun kepemimpinan yang umumnya berupa penggemblengan fisik maupun mental, kali ini tampil beda dengan tambahan berbagai gelar apresiasi dan prestasi.
“Program LDKS dan HW Camp di sekolahnya para pemimpin ini dilaksanakan hingga 5 hari 2 malam. Lalu ditutup dengan pemberian penghargaan dan apresiasi kepada beberapa peserta didik,” ucapnya. Sekolah para pemimpin adalah tagline yang melekat bagi SMP Mutu Surabaya.
Pada saat apel penutupan, Imam Sapari memanggil anak-anak berprestasi, yakni anak-anak yang berhasil memenangkan kompetisi. Beberapa kompetisi yang digelar yakni wushu, tahfizh, kaligrafi, tapak Suci, hingga futsal.
Selain pembagian penghargaan, saat LDKS dan HW Camp berlangsung di hari keempat juga disisipkan pelantikan kenaikan tingkat pengenal HW yakni Purwa, Madya, dan Utama, serta pelantikan sabuk Tapak Suci.
Imam Sapari menuturkan, pelantikan dan penghargaan ini memang sengaja disematkan pada kegiatan LDKS dan HW Camp. “Ini momen yang tepat untuk memacu semangat para siswa dalam ber-fastabiqul khairat serta membentuk mental para pemimpin,” tandasnya.
Gus Imsap -sapaan akrabnya- selalu menekankan siswa agar senantiasa terpacu untuk berprestasi. “Sampai kalian lupa untuk rebahan, sampai kalian lupa untuk bermain gadget, sampai kalian lupa untuk bermalas-malasan, sampai kalian lupa untuk berbuat yang munkar,” tegasnya.
Pelantikan HW dan Tapak Suci
Pada acara pelantikan, terdapat 197 siswa dari 211 yang mengikuti. Ada 102 anak yang naik ke tingkat Purwa, sementara ada 95 anak yang naik ke tingkat Pengenal Madya.
Ada 24 Syarat Kenaikan Tingkat (SKT) Pandu tingkat Purwa, antara lain; paham rukun iman dan rukun Islam, bacaan sholat, tujuan HW, undang-undang HW, janji, lagu Indonesia Raya, mars dan hymne HW, Nasyiatul Aisyiyah, tahu nama dan alamat pemimpin Muhammadiyah setempat, mengerti atribut HW, hafal tali menali, dan membaca kompas.
Meskipun sederhana, terdapat 14 anak yang tidak dapat memenuhi SKT Pandu Tingkat Purwa. Sementara di tingkat Madya hanya memiliki 23 syarat, yakni mengerti syarat-syarat sahnya shalat, risalah Nabi secara ringkas, Muhammadiyah tingkat ranting, dapat membaca qur’an, melakukan P3K, memasak, mendirikan tenda, tali temali, dan membaca rasi bintang.
Selanjutnya, Pelantikan Tapak Suci juga dilakukan dengan mengalungkan sabuk kuning dasar pada anak-anak yang dilantik. Terdapat 18 anak yang dilantik di agenda LDKS dan HW Camp. Sebelum dilantik dan dinyatakan layak naik tingkat, mereka mengikuti ujian terlebih dahulu pada tanggal 11-12 November 2023 di MI Muhammadiyah 27 Surabaya.
Syaratnya yakni harus menghafalkan jurus dasar: 1) pola langkah segitiga, 2) pola langkah segi empat, 3) pola langkah paku-paku, dan 4) jurus bunga rampai matahari satu. Mereka juga harus bisa peragaan gerak langkah balik badan, langkah maju, langkah mundur, langkah lipat, tahu sejarah berdirinya tapak suci dan tahu bunyi ikrar tapak suci dan arti lambang tapak suci.
Salah satu siswa Kelas 7 At Taqwa yang merupakan peserta kenaikan TS, Zahra Firda Munier mengaku takut tidak lulus, namun akhirnya dia senang bisa lulus dan mengikuti prosesi pelantikan.
“Gak nyangka aja kalau saya bisa lulus ujian kenaikan sabuk. Meski pada saat itu perasaan saya tidak bisa dikondisikan. Semua campur aduk, ada perasaan bahagia, seneng, grogi juga,” ucapnya.
Dia pun mengapresiasi kepada dirinya sendiri karena sudah bisa melewati fase ujian dan lulus tanpa ada halangan. “I am proud of myself, dan semangat untuk kalian yg mau mengikuti ujian kenaikan tingkat tapak suci,” tuturnya. (*)
Penulis Rachell Fattama Az Zahrah Editor Nely Izzatul