PWMU.CO – Berkarya numpak kereta menjadi salah satu kegiatan class meeting yang digagas SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang Surabaya usai siswa-siswi melaksanakan Sumatif Akhir Semester.
Sebanyak 134 siswa dan 18 pendamping memenuhi tiga gerbong kereta Arjuno Ekspres dari Surabaya menuju Malang Senin (11/12/2023) pagi, guna memperluas kemampuan literasi siswa.
Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya, Edy Susanto menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan pelatihan menulis dengan suasana yang berbeda.
“Setelah kembali ke Surabaya nanti, anak-anak menghasilkan karya tulisnya dan akan dikumpulkan menjadi sebuah antologi,” katanya.
Dalam menempuh dua jam perjalanan ini, siswa-siswi SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) diajak belajar tentang literasi dasar. Selain itu, mereka dipersilakan memulai tulisannya. Boleh fiksi atau non fiksi. Mereka menulis sembari dibumbui canda tawa sepanjang perjalanan ke Malang.
Salah satu siswa kelas V Mudipat, Dhirgham Khaizuran Irhab, ternyata maniak kereta api. Ia memahami sejarah Kereta Api Indonesia (KAI) dari zaman Belanda. Ia pun diminta oleh Ketua Panitia, Mulyanto, untuk bercerita di depan teman-temannya.
Dhirgham mengaku sangat menyukai apapun tentang kereta api sejak kecil. Pertama ia menaiki kereta di usia 4 tahun. “Sejak itu saya suka kereta sampai kecanduan,” ucapnya.
Jalur Kereta Api Pertama
Ia bercerita tentang awal mula jalur kereta api dibangun pada tahun 1870-an. Saat Nederlansch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) membangun jalur kereta api pertamanya antara stasiun Samarang (Semarang Gudang kini), dan Halte Tangoeng (Stasiun Tanggung kini).
Dhirgham pun mengisahkan masa kejayaan KAI pada 1880-an hingga 1900-an. Yaitu mulai banyak armada, juga mulai dibangun jalur trem. Saat penjajahan Jepang tahun 1942, beberapa jalur kereta api dibongkar oleh Romusa yang sebelumnya dibuat oleh Belanda kemudian dibangunlah Stasiun Saketi hingga Stasiun Bayah oleh Ryukyu Sokyoku.
Anak kedua dari dua bersaudara ini pun menceritakan beberapa kecelakaan kereta tragedi Bintaro-Pesanggrahan 1987 dan di Sambirejo Mantingan Ngawi tahun 2018. Ia juga menyebutkan dengan cepat nama-nama PT Kereta Api dari awal pembentukan hingga kini.
Yaitu Djawatan Kereta Api (DKA), Perusaan Negeri Kereta Api (PNKA), Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), PT Kereta Api (PTKA) Persero, hingga sejak tahun 2020 berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero.
Cerita panjangnya diakhiri dengan semangat. “Terima kasih teman-teman. Assalamu’alikuum,” ucapnya dnegan lantang.
Teman-temannya di gerbong 6 pun menjawab dengan semangat pula sembari tepuk tangan meriah, “Yeaaaay,” kata mereka kompak. (*)
Penulis Erfin Walida Rahmania Editor Nely Izzatul