Teknik Ambil Gambar
Jurnalis lulusan S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Ampel Surabaya ini melanjutkan pemaparannya tentang teknik pengambilan gambar yang sama dengan teknik fotografi.
“Biasanya kalau objek bergerak, kamera diam. Kalau objek diam, kamera mobile. Tapi bisa juga objek bergerak, kamera mobile mengikuti objek. Yang paling banyak dipakai itu kamera stay, tidak menimbulkan efek jumping. Efek visualisasinya jadi kurang bagus sehingga perlu ditambahi transisi,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan shot yang biasa digunakan dalam pengambilan gambar. “Ada wide angle atau shot, menampilkan suasana lokasi secara keseluruhan. Jadi objeknya luas. Ada juga middle shot dan close up. Biasanya Ketiganya dikombinasi, diawali dengan wide, lalu middle, dan close up,” terangnya.
Huda mencontohkan, ketika ingin menunjukkan suasana keseluruhan workshop, maka menggunakan wide. “Untuk middle, kita bisa ambil gambar satu kelompok peserta, sedangkan untuk close up bisa kita ambil wajah 1-3 peserta saja,” urainya rinci.
Selain shot, Huda juga menjelaskan tentang komposisi gambar yang harus seimbang. “Kalau di lokasi ada 5 orang tapi kameranya tidak bisa mengambil gambar kelima-limanya, ya harus dipotong kanan kiri, agar komposisinya seimbang. Headroom-nya juga perlu diperhatikan,” tegasnya.
Headroom adalah ruang yang diberikan antara bagian atas dari kepala subjek dengan bingkai gambar. Headroom ini masuk dalam konsep komposisi estetika dalam fotografi.
“Kalau ada yang tanya, bagaimana mengambil gambar di lokasi tanpa di-setting, ya sulit. TV itu karakternya selalu minta perfect. Kalau tidak di-setting, tidak akan perfect,” ungkapnya.
Huda kemudian memutar sebuah video liputan. “Ini kenapa mas-masnya bisa melihat ke arah tanaman bonsai? Ya, karena saya suruh. Saya setting mas-mas itu untuk melihat objek. Kalau ndak saya suruh, ya kabur masnya. Tapi karena di-setting begini, jadi menambah kesan visual pada video kita,” paparnya.
Akhirnya dia menyimpulkan, “Jadi, mengambil gambar itu perlu kita setting. Tidak untuk mengubah fakta, tapi untuk memperbaiki visual.” (*)
Penulis Terry Anggria Putri Perdana Ceditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni