PWMU.CO – Forum Komunikasi Dokter Muda yang diselenggarakan oleh Komite Koordinasi Pendidikan (Komkordik) RSUD Dr Soegiri Lamongan berhasil membuat Dokter Muda menemukan semangatnya kembali, Kamis (14/12/2023).
Ketua Komkordik dr Eko Budi Santoso SpPD mengungkapkan waktu 3 bulan terbilang sebagai waktu yang cukup singkat untuk dokter muda menjalani masa adaptasi atau penyesuaian diri di lingkungan baru (Rumah Sakit Pendidikan) setelah sebelumnya para dokter muda ini menjalani pendidikan di kampus di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya.
“Dalam waktu yang singkat ini, tentunya adik-adik menjumpai banyak sekali hal yang menuntut dirinya masing-masing berbenah menjadi lebih baik lagi, mulai dari kognitifnya hingga sikap dan perilakunya,” jelasnya.
Maka dari itu, sambungnya, dalam forum inilah kami (Komkordik) mencoba melakukan pendampingan agar proses pendidikan disini dapat berjalan dengan lebih baik.
Hadir dalam acara ini, Psikiater RS Muhammadiyah Lamongan dr Era Catur Prasetya SpKJ untuk memberikan motivasi kepada Dokter Muda dalam menjalani masa pendidikannya. Dia mengawali pembahasannya mengenai perilaku. Perilaku adalah gambaran kognitif seseorang yang dilakukan secara sadar.
“Jika kemudian limitasi atau pembatasan dia dalam berperilaku itu mengalami gangguan, kita selalu mengatakan mungkin kesadarannya mengalami perubahan,” jelansya.
Dia menuturkan, salah satu keterbatasan dalam pengajaran langsung atau tatap muka seperti ini adalah kita akan mudah dibandingkan dengan orang lain atau kelompok lain.
“Besok saat kalian bekerja pun akan sangat mudah dibanding-bandingkan dengan rekan kerja yang lain. Meskipun kita tidak mau dibandingkan, namun pembandingan itu akan selalu hadir di antara kita,” ujarnya.
Maka dari itu, lanjutnya, penting bagi kita untuk melihat bagaimana cara kita berperilaku di tempat ini agar kita tahu bahwa ternyata perilaku kita membuat orang lain mempunyai sebuah gambaran yang berbeda dengan diri kita sebenarnya.
Dokter Muda
Dokter yang juga merupakan dosen di FK UM Surabaya ini meminta perwakilan dokter muda untuk mengungkapkan perasaannya selama 3 bulan menjalani pendidikan profesi ini.
Alifia Mazaya spontan mengatakan Burnout. Dia menjelaskan dalam 3 bulan ini dia merasa stress dan lelah secara fisik, mental dan emosionalnya.
“Perputaran stase yang cepat dengan beban tugas yang cukup berat membuat kami merasa dituntut harus bisa menyerap informasi sebanyak-banyaknya dalam kurun waktu yang singkat,” katanya.
Hal ini juga dirasakan oleh George Hagi dan Nadia Tarina yang sering merasa capek dengan tugas jaga 30 jam per hari. Namun berbeda dengan Irvand Akmal yang selalu merasa enjoy atau menikmati setiap fase yang dilewati pada masa pendidikan di Rumah Sakit ini.
“Ya mungkin metode belajarnya beda, tempatnya beda dan subjeknya juga beda, awal-awal merasa kaget tapi pas dijalani ya enjoy aja sih dok. Kalau saya lebih suka menyesuaikan dan memperbaiki apa yang salah dalam diri saya,” jawaban Irvand sontak mengundang tepuk tangan teman-temannya.
Performa Calon Dokter
Dokter Era Catur memberikan beberapa tips untuk meningkatkan performa Dokter Muda selama menjalanai masa pendidikan. Diantaranya adalah meningkatkan rasa ingin tahu terhadap objek belajar yang sedang dijalani.
“Sebisa mungkin keingintahuan adik-adik terhadap sesuatu, seoptimal mungkin dilakukan dilakukan disini. Mumpung masih DM (Dokter Muda), DM itu boleh salah. Nanti kalau kalian sudah jadi dokter belum tentu punya kesempatan seperti saat sekarang ini. Cari tahu sedalam-dalamnya! Jangan lewatkan begitu saja seolah-olah kalian sudah tau apa yang sedang terjadi,” jelasnya.
Kedua, pastikan apa yang kita lakukan punya spirit untuk kemanfaatan bagi orang lain. “Kalau kita bertemu dengan pasien, pastikan hadirmu punya manfaat baginya,” tambahnya.
Dia mengajak seluruh dokter muda yang hadir untuk berfikir ulang agar hidup kita menjadi lebih mempunyai makna.
“kalian juga punya alasan kenapa harus bangun pagi setiap hari, karena akan ada orang yang bertemu dengan kalian dan akan mendapatkan manfaat dengan pertemuan itu,” ujarnya.
Teman-teman sekalian, lanjutnya, mungkin saat ini kita masih bersama dengan orang-orang yang sayang dengan kita, support dengan kita. Dan esok mungkin sekali terjadi saat saat kalian merasa sendirian, dan di saat sendirian itulah kebermanfaatan diri kita bagi orang lain membuat diri kita merasa cukup.
Dia mengajak peserta yang hadir agar berhenti untuk tampil biasa-biasa saja setiap harinya. “Ciptakan kesan, beri makna, dan buat hari kita menjadi yang terbaik. Ayo kita show di hadapan Allah, siapa diri kita sebenarnya,” jelasnya. (*)
Penulis Rahma Ismayanti. Editor Ichwan Arif.