PWMU.CO – Medsos atau media sosial bisa memudahkan kita untuk menghadirkan Tuhan, atau sebaliknya menghadirkan setan.
Demikian disampaikan Dr Faridi MSi, Kepala PSIF Universitas Muhammadiyah Malang pada Kuliah Ahad Subuh yang diselenggarakan Bagian Pengembangan AIK dan MKWK Universitas Muhammadiyah Malang di Masjid AR Facruddin, Ahad (17/12/23).
Faridi menyampaikan ciri generasi saat ini penggunaan gadget yang masif. ”Medsos itu menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian adik-adik,” ucapnya.
Dosen Al-Islam Kemuhammadiyahan UMM ini mengajak para mahasiswa agar lebih bijak dalam bermedsos.
Mengutip perkataan Germany Kent seorang jurnalis Amerika Serikat. ”Jika anda menggunakan medsos dan tidak belajar darinya, tidak mendapatkan kebaikan darinya, tidak tertawa, tidak terinspirasi ataupun tidak berjejaring, maka andalah yang tidak cerdas menggunakan media sosial.”
”Maka mahasiswa, calon generasi bangsa haruslah bijak dalam mengelola media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat,” ucapnya.
Di tangan adik-adik ini adalah masa depan negara, masa depan bangsa dan masa depan agama. Kalian telah berada di jalur yang benar saat menekuni ilmu. Dalam ajaran Islam orang yang berilmu memiliki derajat yang tinggi dan mulia.
Ia membacakan surat az-Zumar ayat 9. ”Qul hal yastawil ladziina ya’lamuuna wal ladziina laa ya’lamuun. Artinya: Katakanlah! Adakah sama antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu?
Ada juga sebuah maqalah, sebuah nasihat motivasi Islam yang menyebutkan: Man arada dun yaa fa’alaihi bil ‘ilmi, wa man aradal akhirata fa’alaihi bil ‘ilmi, wa man arada huma fa’alaihi bil ‘ilmi.
Faridi meminta mahasiswa UMM agar tetap eksis dalam menekuni ilmunya. ”Maqalah di atas substansianya adalah kalau kamu itu ingin eksis dalam percaturan global, ya kuasai ilmu pengetahuan. Kalau kamu ingin sukses di akhirat ya kuasai ilmu pengetahuan. Kalau kamu ingin eksis di keduanya, kuasailah ilmu pengetahuan,” jelasnya.
Gen Z
Sudah banyak data yang mengungkapkan bahwa generasi milenial dan Gen Z saat ini merupakan calon penduduk Indonesia terbanyak dan terbesar di Indonesia.
”Kalian harus sadar, ya manfaatkan usia yang produktif, betul-betul hanya untuk meningkatkan sumber daya manusia. Bukan untuk berleha-leha dan bersenang-senang. Boleh cari hiburan, tapi secukupnya saja,” tegas Faridi.
Lanjutnya, ia pun menekankan pada mahasiswa agar benar-benar mengutamakan ilmu, menuntaskan tanggung jawab mereka kepada orang tua dan sebagai bekal untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsa, negara dan agama.
Pembinaan akhlak menjadi sangat penting dalam proses pendidikan. Faridi mengutip perkataan Thomas Lickona seorang pakar pendidikan karakter.
Ia menjelaskan bahwa ciri suatu bangsa yang sedang berada di sisi jurang kehancuran adalah meningkatnya kekerasan di kalangan remaja; membudayanya ketidakjujuran; fanatisme terhadap kelompok; rendahya rasa hormat terhadap orangtua/guru; moral baik dan buruk semakin kabur; penggunaan bahasa yang memburuk; meningkatnya perilaku yang merusak diri; rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai warga negara; menurunnya etos kerja, dan adanya rasa saling curiga serta kurangnya kepedulian di antara sesama.
Lanjutnya, jika 10 dosa pendidikan di atas dilakukan oleh generasi saat ini maka bangsa ini akan hancur. “Dengan begitu betapa pentingnya penerapan karakter atau akhlak itu. Adik-adik, jadilah optimis menghadapi masa depan. Orang bisa optimis menghadapi masa depan karena ia memiliki ilmu pengetahuan,” pesannya.
Penulis Anny Syukriya Editor Sugeng Purwanto