PWMU.CO – Pemilu bukan hanya urusan dunia tapi juga urusan akhirat. Begitu menurut ajaran agama Islam.
Demikian pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015 Prof Dr Din Syamsuddin dalam Tabligh Akbar Milad ke-111 Muhammadiyah yang diselenggarakan PDM Kabupaten Kediri bertempat di Masjid al-Amin Jl HOS Cokroaminoto Badas Kediri, Senin (18/12/2023).
Din Syamsuddin mengatakan, tanggal 14 Februari 2024 ada agenda politik Indonesia yaitu Pemilu memilih presiden dan anggota legislatif.
”Jangan anggap hal itu sebagai masalah sepele. Jangan anggap pemilu masalah duniawi belaka. Pemilihan pemimpin diatur oleh Islam. Islam adalah agama yang berdasarkan prinsip tauhid, ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia,” kata Din Syamsuddin.
Kitab-kitab fikih susunan para ulama, Din menuturkan, dimulai dari bab bersuci, lalu bab shalat, zakat, haji, dan diakhiri dengan bab siyasah. Bab politik. Di situ diatur bagaimana kita hidup bersama, dan memilih pemimpin dalam kehidupan bersama.
”Maka jangan terjebak kepada sebuah pemahaman ini urusan duniawi belaka. Ini urusan ya agenda lima tahunan, kemudian tidak dikaitkan dengan agama. Islam adalah agama yang melihat hubungan agama dan politik, agama dan negara menyatu,” tandasnya.
Dia mengatakan, ada agama lain silakan menganut pemahaman tidak ada hubungan agama dan negara, tidak ada hubungan agama dan politik, mereka menganut prinsip separatisme, pemisahan antara agama dan politik.
” Jangan bawa-bawa agama ke politik, dan jangan bawa politik ke agama. Islam menganut tauhid, paham penyatuan, maka ada hubungan antara agama dan politik, agama dan negara dan begitu pula Islam mengatur pemilihan pemimpin,” ujarnya.
Din bercerita, ulama politik terkenal Al-Mawardi wafat tahun 1058 Masehi, merupakan ulama politik pertama.
Al-Mawardi menulis buku yang terkenal Al-Ahkam Assulthaniyah. Di pesantren-pesantren banyak dikaji, di baris pertama dari buku itu, Al-Mawardi menulis, kepemimpinan itu disebut al-imamah.
”Ini persoalan untuk melanjutkan kepemimpinan kenabian,” tutur Din.
Jadi pemimpin itu menurut al-Mawardi, semacam pelanjut risalah kenabian, karena tidak ada lagi setelah Nabi Muhammad saw. Maka ini masalah keagamaan. Jangan pisahkan agama dari politik, jangan pisah agama dari Pemilu.
Fungsi pemimpin menurut Al-Mawardi, menurut Din, pertama adalah memelihara agama, memelihara kehidupan beragama itu yang harus menjadi misi utama seorang pemimpin, termasuk pemimpin negara.
”Apalagi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 mengatur kehidupan beragama, barulah mengatur kehidupan duniawi,” ujarnya.
Menjelang Pemilu ini, kata dia, ada isu Pipres boleh jadi tidak berlangsung lancar damai, tidak luber dan jurdil.
”Saya sempat harap-harap cemas. Alasannya ada yang ingin terus berkuasa, ada yang ingin melanggengkan kekuasaan, mereka tidak mau kalau kalah, maka boleh jadi akan menjalankan segala cara,” kata Din Syamsuddin.
Karena itu dia menyarankan, pilihlah pemimpin dengan niat keagamaan, ibadah lillahi ta’ala, dakwah dan jihad. Gunakan akal sehat, bukan emosi bukan perasaan, bukan nafsu memilih, karena dia yang datang membawa sumbangan.
Penulis Dahlansae Editor Sugeng Purwanto