PWMU.CO – Khitan Ceria berlangsung di SD Muhammadiyah 1 Waru (M1WA) Jl. Anggrek VI No. 36-38 Kureksari Waru Sidoarjo, Kamis (21/11/2023).
Kegiatan khitan ceria baru pertama kali dilaksanakan sebagai rangkaian akhir Milad SD M1WA.
Panitia berikhtiar mengajak anak-anak muslim tidak takut khitan. Bekerja sama dengan RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan. Khitan diikuti 41 anak.
Sarung, tas sekolah, alat tulis, celana dalam khitan dan uang saku Rp 200 ribu diberikan kepada setiap anak.
”Kegiatan khitan ini merupakan pengabdian sekolah kepada masyarakat, sebagai menjalankan perintah agama pola hidup sehat,” jelas Haris Fatoni SPd, Kepala SD MIWA.
Dokter Tjatur Prijambodo MKes dalam sambutannya mengatakan, sinergi antar Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) harus terus dijalin, agar kebermanfaatannya semakin bisa dirasakan masyarakat.
”Khitan membawa kesucian dan kesehatan. Ini meneladani Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw,” ujar dokter yang juga ustadz.
”Semoga kelak anak-anak yang dikhitan menjadi anak saleh dan berbakti kepada kedua òrang tuanya,” doa dokter Tjatur.
Acara ini dibuka Wakil Ketua PCM Waru Drs Suwito. Dalam sambutannya, dia menyampaikan Muhammadiyah selalu melakukan dakwah bil hal, salah satunya melalui acara ini. Peserta khitan terkecil masih berumur 1 tahun, dikhitan tanpa tangis yang berarti.
Peserta khitan belum banyak yang mengenal khitan dengan laser (cauter). Karenanya masyarakat heran ketika dikhitan tidak ada darah yang keluar.
Sambil keheranan orangtua anak khitan berucap,”Pak dokternya sakti.”
Padahal saat technical meeting dr Tjatur sudah memberi penyuluhan kalau khitan dengan laser tidak berdarah, dan insyaallah sembuhnya lebih cepat.
”Syukur nggak ada orangtua yang pingsan saat ngeliat anaknya dikhitan. Apa gara-gara dokternya sakti tadi ya?” seloroh Kurniawan SKepNers, perawat senior yang menjadi salah satu operator khitan.
Peserta nomor 31 Rehandhika Setyo Wicaksono dan ayahnya Pak Agung adalah kader NU yang ikut khitan bersama ini. Songkoknya ada logo NU warna hijau yang mencolok.
Ditemui usai acara, dr Tjatur bercerita ada anak yang belum masuk ruang khitan, mulutnya komat-kamit. Saat ditanya membaca apa? Dijawab sedang membaca kalimat ta’awudz. Petugas khitan tertawa terbahak.
”Para petugas medis dan paramedis dianggap jin yang harus diusir,” gurau DokTjat, panggilan akrabnya.
Salah seorang peserta khitan M. Naufal Ashady, umur 11 tahun, saat ini kelas 5 SD mengaku sudah lama ingin khitan.
Naufal termasuk peserta tersantai. Saat masuk senyum, saat dibius tertawa kecil, saat khitan ngobrol santuy, dan hanya butuh 10 menit sudah selesai.
”Saya dikhitan oleh Muhammadiyah dan saya berjanji akan menjadi kadernya,” janjinya sambil tersenyum manis.
Khitanan massal dimulai pukul 07.30 berakhir pukul 11.00. Tim Medis yang dipimpin dr. Fahmi Nugraha, menyampaikan kegembiraannya karena bisa membantu menjadikan anak-anak sebagai laki-laki sejati.
Editor Sugeng Purwanto