PWMU.CO – Batik ecoprint menjadi salah satu kreasi siswa SD Muhammadiyah 10 (Mumtas) Sidoyoso Surabaya dalam Gelar Karya melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), Rabu (20/12/2023).
Pameran itu menandai berakhirnya pembelajaran semester gasal tahun pelajaran 2023-2024.
Praktik pembuatan batik ecoprint dimulai dengan mengumpulkan bahan, mengolah, dan pembuatan. Kegiatan diikuti oleh siswa-siswi kelas 5 yang dibagi menjadi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Praktik pembuatan batik menggunakan teknik semprot.
Bahan-bahan seperti kain putih, pewarna pakaian, jarum pentul, semprotan, daun-daunan dengan bentuk menjari, sejajar, dan bentuk unik lainnya.
Setelah itu, kain dibentangkan lalu siswa-siswi menempelkan daun-daun di atas kain membentuk motif yang indah.
Kaitkan daun dengan menggunakan jarum pentul. Usahakan daun tidak lepas dari kain. Semprotkan pewarna menggunakan botol semprot secara merata membentuk motif daun.
Saat menyemprotkan pewarna ini, usahakan dari atas sehingga pewarna tidak masuk ke samping daun. Tunggu hingga benar-benar kering. Jika sudah kering, lepaskan daun-daun dari kain. Terbentuklah motif batik ecoprint yang indah.
Wali kelas 5 Al Qohhar SD Muhammadiyah 10, Cholifatul Chasanah SPd, menyampaikan, motif batik ecoprint merupakan batik yang dibuat dari bahan alami seperti daun-daunan dengan berbagai bentuk.
”Ecoprint merupakan teknik memberi pola pada bahan atau kain dengan menggunakan bahan alami seperti daun bisa juga dengan bunga. Dalam membuat ecoprint ini kita dan anak-anak menggunakan teknik yang sangat mudah yakni dengan teknit semprot saja,” tuturnya.
Ustadzah Ifa, sapaan akrabnya, melanjutkan, pembuatan warna yang disemprotkan di kain, bahan yang digunakan adalah air 1 – 2 liter dicampur dengan pewarna pakaian, tambahkan garam sebanyak 1 sendok makan atau 2 sendok teh lalu masak hingga mendidih. Jadilah pewarna.
Maulida Agustin Sasmi SPd, wali kelas 5 Al Mushawwir menuturkan, tujuan membuat batik ecoprint ini untuk mengenalkan anak-anak macam batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia.
”Kita juga mengenalkan bentuk dan macam-macam dedaunan yang menjadi pembelajaran di kelas,” tuturnya.
Sementara Karina Sari Nugroho SPd, wali kelas 5 Al Ghoffar, menyampaikan, praktik pembuatan batik ecoprint ini merupakan salah satu program kurikulum merdeka.
”Hasil praktik ini bisa kita jadikan hasil karya siswa untuk dimanfaatkan seperti baju, taplak meja yang dipasang di meja sekolah atau di rumah. Tentu, anak-anak senang dan bangga jika hasil karyanya di pamerkan,” ungkapnya.
Pameran gelar karya P5 juga ada tas gantungan kunci gelang dan kalung rajut manik-manik, paper hall hanging, maket listrik, miniatur gedung, ada juga tempat pensil, celengan, dan kalender dari bekas botol air mineral.
Penulis M. Khoirul Anam Editor Sugeng Purwanto