PWMU.CO – Tiga bagian otak yang memengaruhi perilaku manusia diulas Direktur Operasional Lembaga Pendidikan (LP) Cendikia Lamongan, Ahmad Ridwan pada kegiatan Seminar Parenting Pendidikan, Rabu (20/12/2023).
Kegiatan tersebut diselenggarakan Majelis Pendidikan Anak Usia Dini Dasar dan Menengah (PAUD-Dasmen) Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Pucuk bersama Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA) Pucuk di Aula PAUD Aisyiyah Kesambi, Pucuk, Lamongan, Jawa Timur.
Ahmad Ridwan, seorang trainer dan pegiat parenting skill training ini mengatakan, untuk menjadi seorang guru ada sekolahnya. “Lalu untuk menjadi orang tua di mana sekolahnya? Ya di majelis inilah sekolahnya orang tua,” ucapnya mengawali materi.
Dia menjelaskan, dalam brain based parenting orang tua sudah seharusnya mendidik anak yang ramah otak, karena kemampuan otak anak berdasarkan Taksonomi Bloom melalui beberapa tahap yakni mengingat, mengerti/memahami, mengaplikasikan ide/konsep, menganalisa, mengevaluasi/menilai, dan mengkereasi/mencipta.
“Sebagai guru dan orang tua, kita tidak boleh menjustice murid atau anak yang nakal. Sebaliknya, guru atau orang tua yang harus mengevaluasi diri, karena seringkali kita tidak sabar menghadapi murid yang Low Order Thinking Skill (LOTS) atau Higher Order Thinking Skill (HOTS),” katanya.
Tiga Bagian Otak
Di hadapan 315 peserta, suami dari Amin Umamah ini juga menjelaskan, ada tiga bagian otak yang mempengaruhi sikap perilaku manusia.
“Pertama adalah Neocortex (rational or thinking brain) yakni otak yang berhubungan dengan kemampuan berfikir tinggi, yang memengaruhi cara berperilaku manusia. Cirinya anak banyak bertanya dan kekurangannya tidak senang kalau diperintah, tapi suka diberi tantangan,” jelasnya.
Bagian otak yang kedua adalah Limbic Brain (emotional or feeling brain) yakni bagian otak yang berhubungan dengan emosi dan perasaan. Anak seperti ini memiliki ciri tidak suka ribet, jika sekitarnya bermasalah ia lebih suka menghindar.
“Kelebihannya, karakter limbic brain mempunyai empati tinggi dan hangat dalam pergaulan. Namun kelemahannya, kalau hatinya terluka traumanya sangat lama, mereka cenderung diam jika terkena masalah. Otak limbic brain senang sekali kalau dipuji dan diberi penghargaan,” ulas Ridwan.
Sementara bagian yang ketiga adalah Reptilian Brain, yakni otak yang terlalu kecil. Otak reptil menyengsarakan manusia, tabiatnya merespon sesuatu dengan spontan, punya pendirian kokoh meskipun salah, belajarnya tidak bisa dicampur dengan anak yang normal karena belajar satu-satu dan diulang-ulang.
“Allah SWT itu luar biasa, hanya 3 anak yang dominan otak reptil dari penelitian ratusan manusia,” ucap Wakil Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pucuk ini.
Dipengaruhi Ibu Saat Hamil dan Tumbuh Kembang Anak
Jaringan koneksi otak tersebut, menurut Ridwan, bermula pada proses tumbuh kembang anak dan pada kondisi ibu saat hamil. “Maka ibu hamil yang selalu gelisah, tegang, banyak pikiran, hingga 7 bulan, begitu anak lahir akan mengalami kelemahan kecerdasannya,” ujarnya.
Maka dari itu, dia berbagi resep agar anak cerdas, ibu hamil bulan ke 2 harus bahagia, tidak boleh stres, gelisah. “Carilah suami jika anda dalam risau. Jangan mudah marah dan menghukum anak karena orang tua yang melakukan hal demikian berarti orang tua yang tidak ramah otak,” tandasnya.
Selanjutnya, dia juga berujar bahwa emosi negatif menyebabkan kesehatan jiwa menurun. Semakin tinggi emosi negatif, maka semakin sering otak reptil teraktifasi.
“Akibatnya Sociophat (nurani dan empati rendah), reaktif dan impulsif (kontrol emosi rendah), fungsi neocortex menurun (menurunkan fungsi nalar atau hots),” imbuhnya.
Participants pada Share Edu Indonesian Foundations ini juga mengungkapkan hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa ibu itu seperti sekolah. Jika sekolahanya bagus, maka lulusannya juga bagus.
“Membandingkan anak satu dengan anak yang lain adalah salah, maka jangan beda-bedakan. Stres berkepanjangan dapat memangkas jaringan sinaps otak,” tegasnya.
Belahan Otak Kiri dan Kanan
Dia mengingatkan, seorang ibu atau guru harus mengetahui karakter otak manusia, karena belahan otak kiri memiliki penyimpanan ingatan jangka pendek, cepat hafal, cepat lupa, matematis, bahasa, membaca, menulis, logika, urutan, sistematis, dan analitis.
“Sedangkan belahan otak kanan berkarakter kreativitas, konseptual, inovasi, gagasan, gambar, warna, musik, irama, melodi, bermimpi. Otak belahan kanan ini memiliki penyimpanan jangka panjang,” ulasnya.
Maka, untuk mengkombinasikan belahan otak kanan dan otak kiri, menurutnya, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah, saat anak menghafal harus diulang-ulang.
“Antara otak kanan dan otak kiri ada saluran penghubung (corpus colosum). Punya laki-laki lebih tebal, maka gampang konsentarsi, pendengarannya menurun jika lagi fokus konsentrasi. Sedangkan perempuan corpus colosumnya lebih tipis, menyebabkan perempuan dapat melakukan beragam pekerjaan dalam satu waktu,” katanya.
Sehingga dalam mengaplikasikan brain based parenting ini, menurutnya ada 2 cara yakni dengan interaksi fisik yakni mencium, memeluk, mengelus kepala anak (terutama ketika anak masih bayi atau balita) , kontak mata dan senyuman.
“Hal ini telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebelum ada penelitian tersebut, yakni pada cucunya yang bernama Hasan dan Husain,” terang Ridwan.
Sedangkan cara mengaplikasikan brain based parenting yang kedua yakni dengan Interaksi verbal; memberikan kata-kata pujian dan doa, memanggil dengan kata-kata lembut, mendisiplinkan tanpa kekerasan (dengan nasehat dan penjelasan, dialog) mengajarkan empati agar anak bisa merasakan perasaan orang lain. (*)
Penulis Listi Iklimah Editor Nely Izzatul