Pendidikan Inklusif Dibedah dalam Raker Sekolah Ini

Pendidikan Inklusif dibedah dalam raker Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah (SDM) 16 Baratajaya Surabaya, Selasa (19/12/23).
Lala Tansah SSi MPd saat menyampaikan materi Pendidikan Inklusif di Sekolah Kreatif Baratajaya (Riska Oktaviana/PWMU.CO)

PWMU.CO – Pendidikan Inklusif dibedah dalam raker Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah (SDM) 16 Baratajaya Surabaya, Selasa (19/12/23).

Pendidikan Inklusif disampaikan Kepala Divisi Akademik Sekolah Mutiara Bunda Bandung, Jawa Barat Lala Tansah SSi MPd dalam Rapat Kerja (Raker) Guru, Karyawan (Gukar), dan Shadow Teacher SDM 16 Surabaya di hall sekolah lantai 4.

Mengawali materinya, Lala mengatakan, berbicara inklusif, kita sudah seinklusif apa sih. “Sebuah kata inklusif itu jika dilakukan dengan sebenar-benarnya itu adalah sebuah spektrum yang sangat luas. Jadi yang bisa kita lakukan, kita bisa menjadi gambaran yang ideal,” katanya.

Kita itu sudah seinklusif apa sih, lanjut dia dengan logat khas sundanya. “Apapun proses yang sudah kita jalani perlu kita apresiasi karena tidak semua sekolah bisa menjalankan konsep inklusif ini. Karena ini adalah konsep yang butuh effort atau tantangan,” ujarnya.

Selanjutnya, Bu Lala sapaan akrabnya bertanya, inklusif itu apa sih?” tanyanya di hadapan 120 peserta.

“Inklusif itu keterbukaan. Kalau kita melihat pada sisi sekolah, inklusif itu tidak hanya pada siswa tetapi guru dan masyarakat juga inklusif. Jadi kalau eksklusif itu kan hanya tertentu saja. Kalau inklusif itu keterbukaan semua tatanan tidak hanya pendidikan,” jawab Ustadz Maulana Muhammad guru kelas I.

Ia menambahkan, sebetulnya inklusif itu sesuatu yang Allah juga minta kepada kita sesuai dalam Quran Surat al-Isra’ ayat 84. “Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”,” sitirnya.

Jadi, lanjut dia, sama Allah pun disuruh inklusif.  “Apapun itu. Apalagi pendidikan. Karena pendidikan itu sebuah lembaga yang harusnya ideal yang paling memperlihatkan kepada anak-anak,” ucapnya.

Paling Efektif

Lalu, kalau inklusif saja sudah digariskan di al-Quran tentu kita harus melakukannya. “Pendidikan harus inklusif walaupun prosesnya itu bertingkat-tingkat. Setiap proses dihargai,” katanya.

Dia menambahkan, berdasarkan kesepakatan dunia, pendidikan inklusif adalah pendidikan yang paling efektif dalam mengeluarkan bakat dan potensi anak. “Kemudian, pendidikan inklusif itu artinya semua anak berada dalam satu kelas. Garis besarnya, inklusivitas itu tidak hanya berbicara tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tetapi juga kelompok minoritas, ujarnya.

Kemudian, anak diberikan kesempatan untuk menyampaikan potensi-potensi uniknya sesuai latar belakang mereka. “Serta menghargai semua kontribusi anak-anak yang mereka bawa,” jelasnya.

Memberikan kesempatan agar semua kelompok masyarakat bisa bersanding satu sama lain untuk memberikan manfaat pada semuanya. “Karena ini sesuai hadits rasul, ’Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia’. Jadi ini ditunjukkan dan didorong dalam inklusif,” katanya.

Intinya, semua anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas. “Itulah inklusif,” ucapnya.

Mewujudkan Inklusivitas

Menurutnya, yang harus mewujudkan inklusivitas, secara garis besar ada tiga yaitu pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan. “Kalau di pemerintah menyusun aturan yang bersumber dari dasar hukum nasional dan internasional. Karena pendidikan untuk semua. Stakeholder harus terbuka,” katanya.

Selanjutnya di masyarakat. “Perannya harus ada stigma yang dihilangkan untuk mendiskriminasi atau membeda-bedakan dan menyebarluaskan kesadaran atas manfaat pendidikan inklusif,” tambahnya.

Untuk masuk ke lembaga pendidikan, agar konsep inklusif lebih diserap dan dipahami semua warga sekolah, lembaga pendidikan harus sudah menyiapkan draft manajemen sekolah Inklusif. “Meliputi manajemen kesiswaan, lingkungan, kurikulum, keuangan, sumber daya manusia, serta sarana prasarana,” tutupnya. (*)

Penulis Riska Oktaviana. Editor Darul Setiawan.

Exit mobile version