Karya Penuh Makna
Fuad tak hanya cakap menulis artikel. Dia produktif menulis buku. Berikut ini sebagian karya bukunya:
- Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam
- Filsafat dan Hikmat Syariat Islam
- Fatwa-Fatwa Penting Agama Islam
- Isra’ dan Mi’raj
- Masalah Anak dalam Hukum Islam
- Pemikiran Politik Islam
- Syiah; Suatu Pengamatan Kritikal
- Kawin Mut’ah, dalam Pandangan Islam
- Kawin Antaragama
- Kamus Islam I
- Riba dalam Bank, Koperasi, Perseroan, dan Asuransi
- Islam Berbicara Soal Perbudakan
- Haram atau Halal Bier?
- Suara Islam & Imam-Da’i-Alim
- Pendidikan Agama Islam untuk SLP
Tak hanya dalam bahasa Indonesia. Beberapa buku karya Fuad Moh. Fahruddin juga ada dalam bahasa Arab. Sebuah sumber menyebutkan, bahwa ada karya Fuad yang dikoleksi Perpustakaan Al-Azhar. Ada pula yang dipakai sebagai bagian dari kurikulum di Arab Saudi.
Jangan Lapar
Mari buka salah satu buku penting karya Fuad Moh. Fachruddin, “Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam” (terbit 1990). Lewat kata pengantar yang ditulis Oktober 1987, Fuad mengingatkan agar kita jangan sampai ada pada posisi lapar. Hal ini, karena jika berada dalam kondisi seperti itu kita akan mudah dipengaruhi orang.
Menurut dia, dahulu penjajah sengaja melaparkan, memiskinkan, dan membodohkan rakyat yang dijajah dengan tujuan agar mereka lemah dalam segala bidang. Tentang ini Fuad ingat Surat An-Naml 34: “Dia berkata: ‘Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat’.”
Lebih lanjut, Fuad menjelaskan, kelemahan dalam bidang apapun merupakan suatu penyakit yang berbahaya. Manusia yang lapar tunduk kepada nasibnya dan mencari sesuap nasi dengan jalan apapun jua dan ia akan patuh kepada pemberi pertolongan hingga dianggapnya orang itu telah berjasa dan harus dibalas jasanya.
Mari garisbawahi, bahwa pemberi pertolongan dianggap orang yang telah berjasa dan oleh karena itu harus dibalas jasanya. Maka, ingatlah Fuad dengan peribahasa Arab ini, “Laparkan anjingmu, ia akan mengikutimu”. Juga, pepatah Perancis yang terjemahnya: “Kelaparan menjadikan serigala memburu keluar hutan” (h 8).
Maknanya apa? Orang yang sedang dalam posisi lapar sangat rawan. Terkait ini, rupanya Fuad sedang memberikan metafora. Dia mengirim pesan, tentang bahaya orang lapar yang potensial untuk bersedia mengikuti siapapun pihak yang memberi makan kepadanya.
Dengan cara itu, Fuad lebih mudah dalam memberikan pemahaman bahwa orang yang “lapar ilmu” juga tak kalah berbahayanya. Bahwa, orang yang tak punya ilmu akan mudah diombang-ambingkan oleh orang yang berilmu. Dengan demikian kita harus pintar, harus punya banyak ilmu, agar tidak diakali oleh mereka yang punya ilmu.
Di titik ini, umat Islam antara lain harus mengetahui aliran-aliran yang bisa saja mempengaruhi kedudukan mereka. Hal ini, karena banyak dari aliran-aliran tersebut yang sangat gigih mempropagandakan alirannya dengan berbagai cara. Misalnya, bisa dengan format diskusi, debat, dan cara lain dengan memakai logika dan bahasa yang sangat menarik.
Menghadapi hal di atas, dalam pandangan Fuad, bukunya bisa menjadi pegangan. Adapun di antara isi buku tersebut, dijelaskan tentang Ahlussunnah wal Jama’ah. Juga, tentang Khawarij, Syi’ah, Mu’tazilah, Murjiah, Bahai, dan Ahmadiyah.
Jangan, Jangan!
Demikianlah, sekilas hidup dan perjuangan Fuad Moh. Fachruddin. Dia, tokoh dengan jejak panjang pengabdian di pergerakan kemerdekaan, dakwah, dan pendidikan. Jejak itu akan terus menginspirasi siapapun sampai waktu yang insya Allah sangat lama karena dia-terutama-mewariskan belasan buku berharga.
Terutama di hari-hari ini, di suasana Pemilu, di antara inspirasi dari Fuad yang menggugah adalah pesan agar kita jangan lapar dan “lapar”. Jangan lapar agar kita tak terpedaya dengan “serangan fajar”, misalnya. Jangan “lapar” supaya kita bisa memilih pemimpin yang beriman dan bertakwa, yang benar-benar tulus memperjuangkan kesejahteraan bagi semua warga tanpa kecuali! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni