PWMU.CO – Guru menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW disampaikan Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik Jawa Timur Fiqih Risalah MA PhD dalam acara Improvisasi Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka, Rabu (27/12/2023).
Dia menjelaskan, guru harus melakukan improvisasi pembelajaran Kurikulum Merdeka untuk tercapainya pendidikan yang Muhammadiyah. “Dengan meningkatkan kemampuan dan potensi diri sebagai guru sehingga menjadi pengikut Nabi Muhammad seutuhnya,” katanya.
Bertempat di Cordoba Convention Hall SMA Muhammadiyah 10 (Smamio) GKB Gresik, pelatihan ini mengundang Divisi Akademik Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Raharjo MSi sebagai pemateri.
Pelatihan yang digelar setelah libur semester dihadiri peserta guru dari SD Muhammadiyah 1 GKB (Mugeb) dan SD muhammadiyah 2 GKB (Berlian School).
Fiqih, sapaan akrabnya, mengatakan sebagai muslim muslimat yang sama-sama berjuang menjadi pengikutnya Nabi Muhammad. Maka dalam konteks pelatihan ini, dia mengajak guru menuju ke arah sana, sehingga diharapkan guru mampu menyesuaikan dengan potensi akademik.
“Tujuannya menjadikan anak didik kita peserta didik kita, dimulai dari diri kita untuk menjadi pengikut nabi Muhammad sesungguhnya,” ujarnya.
Kita, tekannya, tidak bisa mengaku sebagai umat Nabi Muhammad, karena nanti Nabi Muhammad sendiri yang berhak memilih, menyatakan siapa saja yang menjadi umatnya,” mengutip satu hadits.
Dai menambahkan, kita harus melayakkan kita dan siswa kita untuk menjadi benar-benar umat Nabi Muhammad. Ada tiga golongan umat yang nabi tidak sudi mengakui sebagai umatnya.
“Pertama, umatnya yang tidak sanggup dan tidak mampu menghormati orang yang lebih tua. Jadi, ingat dengan tujuan kita sebagai guru mendidik anak didik kita menjadi pribadi yang bisa menghormati orangtua,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, yang kedua adalah orang yang tidak berhasil menyayangi yang lebih muda. “Yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi menyepelekan orang yang pendidikannya lebih rendah, naudzubillah,” katanya.
Yang terakhir, dia mengatakan golongan yang terakhir adalah orang yang tidak bisa menghargai ilmu apalagi menghargai orang yang berilmu. “Marilah tiga persyaratan ini mampu kita penuhi dan kita tidak sampai menjadi tiga golongan yang sudah diperingatkan oleh Nabi tersebut,” ajaknya.
Dengan adanya pelatihan ini, sambungnya, diharapkan guru memanfaatkan betul dan tidak menjadikannya sebagai rutinitas belaka. “Jika menganggap ini sebagai rutinitas, maka akan merasa bosan, maka fokus ke poin ketiga tadi,” harapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Fiqih mengucapkan syukur bisa mengundang pemateri Raharjo yang mempunyai jadwal yang padat. Kami mohon nanti pelatihan diikuti dengan sebaik-baiknya sehingga dapat diterapkan kepada peserta didik serta menjadi niat yang baik sehingga dicatat sebagai amal ibadah kita. (*)
Penulis Anita Firlyando. Editor Ichwan Arif.