Pendidikan dan Aktivitas
Abubakar Aceh berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, bernama Teungku Syaikh H Abdurrahman. Ibunya, bernama Teungku Hj Naim.
Awal, Abubakar Aceh belajar membaca al-Qur’an dan agama kepada orangtuanya. Dia juga memperdalam ilmu agama dari beberapa ulama yang ada di kampungnya. Memang, belajar dari ulama pada malam hari merupakan gambaran umum pendidikan agama bagi anak-anak di Aceh pada masa itu.
Sejak kecil Abubakar Aceh tertarik mempelajari ilmu-ilmu agama. Terkait, dia belajar di beberapa dayah (pondok pesantren) terkenal di Aceh. Di antaranya di dayah Teungku Haji Abdussalam Meuraxa serta di dayah Manyang (Ma’had Ali/Sekolah Tinggi Islam) Tuanku Raja Keumala di Peulanggahan, Banda Aceh. Pengalaman lain, Abubakar Aceh belajar di Volkschool Meulaboh dan Kweekschool Islamiyah (Sekolah Guru Islam) di Sumatera Barat.
Di usia muda, Abubakar Aceh sudah aktif di sejumlah organisasi keagamaan hingga partai politik. Pada 1923, dia aktif di Syarikat Islam di Aceh Barat. Pada 1924, mulai aktif di Muhammadiyah dan ikut merintis kegiatan Muhammadiyah wilayah Kutaraja (Banda Aceh). Sejak 1946 aktif di Masyumi.
Dalam hal berilmu, Abubakar Aceh pergi ke Jakarta, termasuk untuk mendalami bidang bahasa. Dia amat menyadari bahwa ilmu pengetahuan menjadi lebih mudah didapat dengan bantuan penguasaan bahasa asing.
Dia mendalami bahasa asing melalui kursus-kursus. Singkat kisah, dia dapat menguasai beberapa bahasa asing seperti bahasa Arab, Inggris, dan Belanda.
Di samping itu, dia memahami bahasa Jepang, Perancis, dan Jerman. Juga, mengerti beberapa bahasa daerah seperti bahasa Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, dan Gayo.
D Jakarta, cakrawala pemikiran Abubakar Aceh semakin terbuka. Itu, antara lain karena dia berkesempatan berinteraksi dengan berbagai orang serta mengenal berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Tak cukup mencari ilmu di Jakarta, Abubakar Aceh lalu pergi ke tempat yang lebih jauh. Dia melanjutkan studinya ke Mekkah sekaligus berhaji. Selama di Mekkah dan Madinah, Abubakar Aceh sempat berkenalan dengan beberapa ulama besar.
Baca sambungan di halaman 3: Terus dan Terus