Muhasabah Diri di Akhir Tahun, Jaga Kualitas Takwa

Prof Dr H Uril Bachrudin saat menyampaikan materi di Pengajian Ahad Pagi diselenggarakan oleh Majelis Tabligh PDM Kota Batu, Ahad (31/12/2023). (Khoen Eka/PWMU.CO)

PWMU.CO – Muhasabah diri akhir tahun menjadi topik bahasan Pengajian Ahad Pagi diselenggarakan oleh Majelis Tabligh PDM Kota Batu, Ahad (31/12/2023).

Pengajian rutin ini digelar di Masjid At-Taqwa Kota Batu dengan narasumber Prof Dr H Uril Bachrudin MA PDM Kota Batu. Dalam materinya, dia menjelaskan muhasabah adalah introspeksi, evaluasi, atau menghitung apa yang telah dilakukan.

“Muhasabah ini penting karena dengan introspeksi diri seseorang akan dapat mengetahui apa yang sudah dilakukannya dan setelah itu dapat merencanakan sekaligus memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik,” katanya.

Dia menuturkan, merenung, menimbang diri, berkaca terhadap aib dan kekurangan, itulah yang disebut dengan muhasabatun nafsi.

“Muhasabatun nafsi yang utama adalah bertobat. Dengan bertobat, kita akan lebih berhati-hati dalam berbuat sesuatu di hari esok,” katanya.

Terkait muhasabah, Allah berfirman dalam QS al-Hasyr ayat 18-19, yang intinya orang-orang beriman diminta untuk menghitung diri dan memperhatikan apa yang disiapkan untuk hari esok (kehidupan akhirat).

Rasulullah juga menyampaikan orang yang cerdas adalah orang yang selalu bermuhasabah dan mempersiapkan hari esok (kehidupan setelah kematian). Umar bin Khattab berpesan agar kita selalu melakukan muhasabah karena muhasabah yang kita lakukan di dunia akan memperingan hisab kita kelak di akhirat.

“Dengan berakhirnya tahun 2023 ini, maka kita memasuki tahun 2024, maka artinya jatah usia kita makin berkurang. Oleh sebab itu, mari memuhasabah diri. Yang harus dimuhasabah adalah empat hal, yaitu tentang pemanfaatan umur, masa muda, harta, dan ilmu,” jelasnya.

Meningkatkan Kualitas Takwa

Prof Uril menjelaskan keempat hal tersebut wajib kita muhasabah karena kelak ditanyakan oleh Allah di hari kiamat.

“Dalam hadis Nabi disebutkan bahwa tidak akan beranjak kaki seorang hamba dari tempat hisabnya sampai dia ditanya empat perkara, yaitu tentang umur, untuk apa umur itu digunakan, bagaimana ia menggunakan masa mudanya, darimana hartanya didapat dan untuk apa harta itu dikeluarkan, serta ilmu yang didapat apakah sudah diamalkan baik untuk dirinya maupun untuk orang lain,” ujarnya.

Sebagai penutup, tegasnya, kita tak perlu merisaukan tinggal berapa umur kita, yang penting setelah ini kita bertobat untuk penggunaan umur yang kurang bermanfaat dan ke depan dapat menggunakan umur kita untuk hal-hal yang lebih baik demi peningkatan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT. (*)

Penulis Khoen Eka. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version