PWMU.CO – Era Society 5.0, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Paciran, Maftuhah MPd mengajak seluruh pihak untuk mewujudkan transformasi pendidikan IsIam.
Hal itu dia sampaikan dalam International Seminar 2nd Multidisiplinary Islamic Conference (Micon) 2023 yang digelar Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) berkolaborasi dengan STIT Muhammadiyah Paciran Lamongan Jawa Timur, Rabu (20/12/2023).
Acara berlangsung secara hybrid yakni bertempat di Gedung Attauhid Tower Lantai 13 UMSurabaya dan melalui kanal zoom. Mengangkat tema “Transforming Islamic Values To Develop Sustainable Society In 5.0 Era”.
Hadir seluruh dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) UMSurabaya dan STITM Paciran. Peserta dari STIT Muhammadiyah Paciran berjumlah 55 mahasiswa, sementara yang dari UMSurabaya merupakan mahasiswa Program Studi PAI, PBS, SAA, dan HKI.
Sebagai invited speaker adalah Assc Prof Dr Miftachul Huda dari Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia, Assc Prof Dr Mohamad Nabil Al Munawar dari Universitas Brunei Darussalam, Assc Prof Dr Sohayle M Hadji Abdul Racman Mindanao dari State University Philippines, Assc Prof Dr Thoat Stiawan MHI dari UMSurabaya, Prof Dr Ali Mufrodi MAg dari UMSurabaya dan Maftuhah MPd dari STIT Muhammadiyah Paciran.
Ketua STITM Paciran, Idzi’ Layyinnati MPd mengatakan, seminar ini sebagai upaya untuk terus meningkatkan jaringan kerja sama dalam dan luar negeri. Sehingga mampu meningkatkan dan mengaplikasikan dalam kegiatan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) civitas akademika di kampus.
Transformasi Pendidikan Di Era Society 5.0
Dosen STITM Paciran, Maftuhah, dalam presentasinya mengatakan, perubahan zaman dan juga perkembangan teknologi saat ini memiliki potensi yang luar biasa dalam mempercepat proses transformasi pendidikan.
“Dengan mengoptimalkan alat-alat dan jaringan layanan teknologi secara holistik terbukti mampu untuk mendorong transformasi pendidikan menjadi lebih efisien tanpa mengesampingkan mutu hasil capaian siswa,” katanya.
Dia menjelaskan, Era Society 5.0 diperkenalkan Pemerintah Jepang pada tahun 2019 setelah memasuki era revolusi industri 4.0. Konsep ini memungkinkan manusia menggunakan ilmu pengetahuan berbasis modern untuk kebutuhan mereka agar bisa hidup dengan nyaman.
“Konsep society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep-konsep yang ada sebelumnya. Di mana seperti kita ketahui society 1.0 adalah pada saat manusia masih berada di era berburu dan mengenal tulisan,” paparnya.
Sementara itu, society 2.0 adalah era pertanian saat manusia sudah mengenal bercocok tanam. Lalu society 3.0 masa di mana manusia sudah memasuki industri ketika mereka sudah mulai menggunakan mesin untuk membantu aktivitas sehari-hari.
“Kemudian society 4.0 manusia sudah mengenal komputer hingga internet, lalu era society 5.0 semua teknologi adalah bagian dari manusia. Internet bukan hanya digunakan untuk sekedar berbagi informasi, melainkan untuk menjalani kehidupan,” katanya.
Dia menuturkan, transformasi pendidikan di era 5.0 juga melibatkan penggunaan teknologi dalam proses belajar-mengajar. Platform pembelajaran daring, kurikulum berbasis teknologi, dan metode pengajaran yang inovatif menjadi semakin penting dalam menyediakan akses pendidikan yang lebih luas dan berkualitas.
“Namun, tantangan seperti ketidaksetaraan akses teknologi dan keamanan data harus diatasi. Dalam upaya membangun masyarakat yang berkembang di era 5.0, kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat sangat diperlukan,” tandasnya.
Pentingnya Pengembangan Keterampilan Era 5.0
Menurutnya, pendidikan harus menjadi upaya bersama untuk menciptakan lingkungan, di mana setiap individu memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka dan berkontribusi pada kemajuan masyarakat.
“Era 5.0 merupakan istilah yang mengacu pada era teknologi, terutama kecerdasan buatan, Internet of Things, komputasi kuantum, dan teknologi yang sangat canggih lainnya. Tentu ini berperan besar dalam mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Maftuhah mengaku, perubahan ini tidak hanya mempengaruhi sektor industri dan ekonomi, tetapi juga memberikan dampak yang signifikan pada sistem pendidikan.
“Oleh sebab itu, semestinya pendidikan tidak hanya fokus pada pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan keterampilan 5.0 yang meliputi kritis, kreatif, komunikasi, kolaborasi, dan kemampuan beradaptasi,” ulasnya.
Alumnus Universitas Ronggolawe Tuban ini mengatakan, guru dan lembaga pendidikan harus terus meningkatkan kompetensi dan pengetahuan mereka, agar dapat menghadapi perubahan dan memberikan pendidikan yang relevan.
“Mendidik anak haruslah sesuai dengan zaman, karena seorang anak tidak hidup di zaman saat orang tuanya,” jelas Maftuhah.
Dia pun mengutip Hadits Rasulullah SAW
عَلِّمُوْا اَوْلاَدَكُمْ فَإِنّهُمْ سَيَعِيْشُ فِى زَمَانِهِمْ غَيْرَ زَمَانِكُمْ فَإِنَّهُمْ خَلَقَ لِزَمَانِهِمْ وَنحَنْ ُخَلَقْنَا لِزَمَانِنَا
Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”. Artinya, ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan kehidupan masa depan.
“Seiring perkembangan zaman, berbagai macam teknologi mulai berkembang, seperti ditemukannya mesin dan sekarang masuk masa informasi. Jadi dapat kita lihat, orang yang paling sukses adalah mereka yang paling cepat menguasai informasi. Hal ini ditandai dengan serba mudahnya kita mendapatkan akses untuk sebuah informasi melalui teknologi digital,” ungkapnya.
Mengajarkan Anak tentang Masa Depan
Maka menurutnya, di sinilah banyak orang tua yang nampak kewalahan dalam menghadapi perilaku anak. Sebagian ada yang mengambil tindakan ekstrem dengan mengisolir anak dari perkembangan zaman. Sebagian justru apatis dan membiarkan anaknya tumbuh sesuai dengan perkembangan zaman yang berlangsung.
“Maka semestinya para guru dan orang tua terus mengembangkan pengetahuannya dalam ilmu pengetahuan. Mereka juga harus mengajarkan anak- anak sesuai dengan kepentingan masa yang akan datang, bukan masa kini apalagi masa lalu,” tegasnya.
Ketika zaman berubah, tentu tantangan pun berubah, baik itu tantangan untuk bertahan hidup, tantangan dalam pergaulan, tantangan dalam menuntut ilmu serta tantangan-tantangan lainnya. Perubahan zaman ini pun berdampak pada perubahan cara kita mendidik dan berkomunikasi dengan anak.
“Sumber ilmu pengetahuan itu ada dalam Islam. Hal tersebut dijelaskan dalam banyak ayat dan hadist. Bahkan Allah akan meninggikan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat, dan sumber kebahagian dunia dan akhirat adalah dengan ilmu pengetahuan,” ulasnya.
Dia juga mengutip QS Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Menurutnya, transformasi pendidikan era 5.0 memiliki manfaat yang besar. Dengan pendidikan yang inklusif, personalisasi, dan kolaboratif, kita dapat menciptakan masyarakat yang berkembang, kreatif, dan inovatif.
“Pendidikan yang relevan dengan zaman akan membantu individu meraih kesuksesan pribadi dan berkontribusi positif pada perkembangan masyarakat,” paparnya.
Dia mengaku, implementasi transformasi pendidikan di era 5.0 membutuhkan komitmen dari semua pihak. Selain itu diperlukan investasi dalam infrastruktur teknologi, pelatihan guru, dan kebijakan pendidikan yang mendukung.
“Dengan kolaborasi dan kerja sama yang baik, kita dapat mewujudkan transformasi pendidikan yang memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat. Transformasi pendidikan di era 5.0 adalah langkah penting dalam membangun masyarakat yang berkembang,” katanya.
Menurutnya, dengan memanfaatkan teknologi lalu mengadopsi pendekatan inklusif dan kolaboratif, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang relevan, adaptif, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi individu maupun masyarakat.
“Mari berkomitmen untuk mewujudkan transformasi pendidikan yang memajukan bangsa,” ajak Maftuhah
Penulis Suaidi Editor Nely Izzatul