Ihsan dan Pembentukan Karakter Muhammadiyin
Kalau sifat-sifat muhsinin atau para sufi itu tak lain adalah menginfakkan harta baik pada waktu senang maupun pada waktu kesukaran, taat kepada Allah, bisa menguasai diri, sabar, benar, jujur, pemaaf dan suka beristighfar pada pertiga akhir malam, maka semua itu merupakan sifat-sifat yang sangat baik dan terpuji. Sifat dan karakter tersebut merupakan sifat dan karakter yang dimiliki oleh para Muhammadiyin. Orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut tentu saja akan sangat diperlukan untuk masyarakat manapun, terlebih lagi dalam masyarakat modern hingga post modern sekarang ini. Dan tasawuf adalah ilmu islam menempa manusia-manusia dengan kualifikasi sifat-sifat itu.
Percaturan dan pergumulan budaya masyarakat modern makin lama memang semakin majemuk dan kompleks, yang dengan demikian semakin memerlukan manusia dengan sifat-sifat terpuji tersebut. Masyarakat modern sekarang ini semakin memerlukan orang-orang yang benar, jujur dan bisa dipercaya dalam mengemban amanat pekerjaannya. Semakin memerlukan orang-orang sabar, tangguh dan ulet dalam melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab pribadi dan sosialnya.
Orang-orang yang mudah menginfakkan hartanya untuk menolong orang lain dan mengentaskannya dari kemiskinan dan kesulitan lainnya. Orang-orang yang tidak suka hidup berhura-hura, suka memberi maaf kepada orang lain, orang-orang yang bisa dengan penuh arif menghadapi hidup ini, hingga hubungan antarindividu dan masyarakat selalu terjaga harmonis. Yang tentunya orang-orang tersebut pada waktu yang sama adalah orang-orang yang taat kepada Allah SWT.
“Dalam Muhammadiyah, tasawuf itu telah mendarah daging, meski tanpa menyebut nama tasawuf, spiritualitas, atau mistik.”
Tak akan ada suatu masyarakat pun yang bisa menolak orang-orang dengan kualifikasi sifat-sifat di atas, kecuali masyarakat yang memang menghendaki kerusakan dan kebejatan. Dan masyarakat modern dan bahkan di era post-modern ini kita sekarang ini, kami yakin masih tetap dan akan selalu menghendaki kebaikan, kesejahteraan, dan keharmonisan. Peranan tasawuf sebagai ilmu yang menempa manusia ke arah sifat-sifat di atas akan sangat penting dan strategis. Semakin kompleks pergumulan budaya masyarakat modern kita, akan semakin penting pulalah bagi tasawuf untuk makin meningkatkan tugas dan peranannya.
Jika kita kaji dalam semua manhaj Muhammadiyah, baik dari Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yang memunculkan diksi masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, bahkan dalam Khittah 2002 disebutkan bahwa perkara politik merupakan al-umur al-dunyawiyah yang harus diurus dengan baik berdasar akhlak islami.
Nilai luhur Islam diharapkan ikut membingkai dan menjiwai kehidupan manusia. Dengan demikian, kehidupan spiritual atau mistik Muhammadiyin dilalui dengan bergumul dengan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi hingga sosial via berbagai kegiatan keseharian dan amal usaha yang merupakan bagian dari latihan kejiwaan/riyadhah yang berat, tunduk pada semua ketentuan Allah SWT, untuk selalu mendekatkan diri secara khusus kepada Allah dengan penuh kecintaan dan keikhlasan.
Dari sini dapat kita simpulkan, bahwa dalam Muhammadiyah, tasawuf itu telah mendarah daging, meski tanpa menyebut nama tasawuf, spiritualitas, atau mistik. Karena secara otomatis, Muhammadiyah itu sendiri mengajarkan untuk bertasawuf yang bermakna taqarub ilallah baik dalam pikiran (pribadi) hingga tindakan nyata (amal usaha), pada semua keadaan, yang dilakukan secara sempurna dalam ihsan: kita semua dalam pantauan Allah SWT. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni