PWMU.CO – Kinerja Lazismu sesuai prinsip bangsawan Prancis: Noblesse, Oblige.
Demikian kata Ketua PP Lazismu, Ahmad Imam Mujaddid Rais MIR dalam sambutannya pada pembukaan Rakerwil Lazismu Jawa Timur 2024 di Suite Hotel Surabaya, Sabtu (6/2/2024) pukul 10.00 WIB.
Acara ini berlangsung hingga Ahad, 7 Januari 2024 dihadiri oleh seluruh pimpinan Lazismu daerah se Jawa Timur.
Dia menjelaskan, dalam bahasa Prancis: noblesse, oblige secara harafiah berarti kewajiban kaum bangsawan.
Noblesse, oblige mengacu pada kewajiban tidak tertulis keturunan bangsawan untuk bertindak secara terhormat dan murah hati kepada orang lain.
Istilah ini, kata Imam Mujaddid, juga mengacu pada kewajiban siapa pun yang memiliki posisi lebih baik daripada orang lain untuk bertindak secara terhormat dan bertanggung jawab.
“Noblesse, oblige itu artinya nama, status dan posisi yang baik dan luhur itu menuntut tanggung jawab yang besar. Ini berlaku untuk kinerja Lazismu yang telah dipercaya masyarakat dituntut harus bertanggung jawab besar kepada publik,” kata Ahmad Imam Mujaddid Rais.
Contoh riilnya, lanjut Mujaddid, ketika membuka donasi untuk warga Palestina terkait agresi Gaza hanya dalam waktu sebulan mampu mengumpulkan donasi mencapai Rp 48 miliar. Kepercayaan itu harus dipertanggungjawabkan.
“Lazismu telah dipercaya masyarakat nasional dan luar negeri mampu diamanahi hampir Rp 50 miliar untuk donasi Palestina. Itu harus dipertanggung jawabkan, harus didistribusikan kepada warga Gaza dan sekitarnya,” tegasnya.
Dalam sebulan donasi Palestina Rp 48 miliar terus mengalir. Termasuk donasi sebesar Rp 3,1 miliar dari Darma Wanita Depag, serta donasi Rp 41 miliar Depag untuk Lazismu dan Lazisnu.
Selain donasi Gaza, Ahmad Imam Mujaddid juga merinci beberapa program Lazismu secara nasional, di antaranya peduli guru, mengentas masyarakat dari rentenir dan pinjol, serta mengentas kemiskinan ekstrem beberapa provinsi seperti NTT dan Papua.
“Lazismu memberi untuk negeri jangan tinggalkan siapapun, utamanya kaum rentan yakni kaum difabel dan lansia. Sesuai prinsip no one left behind,” tegas Mujaddid kepada seratusan peserta Rakerwil Lazismu Jatim. Arti kata itu tidak ada yang tertinggal.
Prinsip no one left behind bagian dari SDGs (Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan), untuk melanjutkan program pembangunan global yang sebelumnya telah dirintis dalam MDGs (Millenium Development Goals/Tujuan Pembangunan Milenium).
“Menurut laporan PBB dalam pembangunan dan pengentasan kemiskinan jangan meninggalkan kelompok yang rentan, utamanya yang direkomendasi yakni kaum difabel dan lansia,” tandasnya.
Contoh program Lazismu seperti pemberdayaan perempuan, UMKM, senior citizen di Yogya untuk mengadakan pengajian dan pelatihan para lansia dan difabel.
Penulis: Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Sugeng Purwanto