Bullying Tak Mengenal Usia; Liputan Ismini Kontributor PWMU.CO
PWMU.CO – Tugas orang tua adalah membekali anak dengan pertahanan diri agar ia mampu membela dirinya dalam situasi apapun.
Hal tersebut disampaikan Amah Hida, trainer dan konselor, saat menjadi narasumber dalam Rapat Pleno Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) dan Pengukuhan Ranting Aisyiah (PRA) Se-Cabang Ponorogo, di Masjid Darul Hikmah Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (6/1/2024).
Dalam kegiatan bertajuk Mencegah Bullying di Era Milenial tersebut Amah, sapaan akrabnya, mengungkapkan bullying tak pernah mengenal usia, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.
“Bullying itu mengganggu dengan sengaja dan semua orang berpotensi jadi pembully maupun korban bully. Maka itulah pentingnya strategi pertahanan untuk membela diri,” ujarnya.
Menurutnya, anak-anak adalah kelompok individu yang rentan mengalami hal tersebut, untuk itu menjadi orang tua juga perlu memiliki sikap yang bijaksana.
Untuk membuktikan pernyataannya, perempuan dua anak itu lalu menceritakan bagaimana jika orang tua tidak bisa bersikap bijak terhadap perilaku anak.
“Ada sebuah kisah di mana seorang anak menceritakan bahwa ia telah dipukul oleh temannya, respon yang dimunculkan orang tua ketika mendengar cerita tersebut tentunya berbeda-beda,” terangnya.
Menurutnya, bullying yang terjadi pada anak-anak cenderung unik karena biasanya dilakukan tanpa sengaja.
“Jika orang tua merespon dengan emosi, maka masalah tersebut akan berlarut-larut dan justru permasalahan akan beralih pada sesama orang tua, karena biasanya jelang beberapa menit anak akan kembali akur dan bermain kembali seperti tidak terjadi apa-apa,” imbuhnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, anak hanya perlu diajari bagaimana bersikap tenang dan mampu membela diri dengan tidak menunjukkan hal-hal yang lemah di depan pem-bully.
Amah benar-benar berhasil mengemas materi dengan sangat menarik, hal itu terbukti dengan sorak tepuk tangan dan gelak tawa dari peserta setiap kali Amah bercerita.
Di akhir, dia berpesan agar semua yang hadir tetap bisa menjaga kewarasan dengan segala hiruk-pikuk masalah yang dihadapi.
“Selalu beri afirmasi positif baik pada diri kita maupun kepada anak-anak, katakan pada diri, aku tidak suka mengganggu dan tidak mempan diganggu,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni