PWMU.CO – Kebijakan pasangan calon (paslon) untuk menghindari risiko intervensi kedaulatan akibat utang yang terus bertambah ditanyakan kepada ketiga calon presiden (capres) 2024. Ini terkait tema politik luar negeri dengan subtema isu utang luar negeri dan potensi intervensi terhadap kedaulatan Indonesia.
Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto menilai Indonesia memiliki rasio utang luar negeri terhadap produk domestik yang relatif rendah, sekitar 40 persen, dibandingkan dengan negara lain di dunia. Ia lantas menekankan pentingnya manajemen yang prudent (bijak), pengelolaan ekonomi yang baik, dan strategi ekonomi tepat, terutama melalui hilirisasi untuk memperkuat posisi tawar Indonesia.
Prabowo menegaskan, “Kita harus punya pertahanan yang kuat supaya tidak bisa di intervensi, dibentak, diinjak-injak, diintimidasi. Hanya dengan kekuatan, kita akan dihormati, kita akan amankan kekayaan kita, pembangunan kita menuju Indonesia makmur dan kaya.”
Setelah itu, giliran Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyampaikan argumen. Ganjar memberikan peringatan terhadap potensi bahaya utang, terutama terkait infrastruktur yang memiliki risiko tinggi. Ia juga menekankan perlunya berhati-hati dalam pengelolaan utang agar tidak membahayakan ekonomi negara.
Ganjar pun menyoroti pentingnya pertumbuhan ekonomi, penurunan indeks korupsi, dan penguatan industri pertahanan dalam negeri sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri.
Sementara Anies Baswedan, Capres nomor urut 1, menekankan perlunya menetapkan target presentase utang yang ideal. Yakni maksimal 30 persen. Ia menyarankan pendekatan yang mencakup penataan utang, perluasan pajak dengan melibatkan sektor swasta, dan peningkatan gross domestic product (GDP).
“Dan utang-utang yang kita gunakan untuk kegiatan produktif! Jangan utang itu digunakan untuk kegiatan yang nonproduktif. Misalnya hutang dipakai untuk membeli alutsista bekas oleh Menteri Pertahanan. Itu bukan sesuatu yang tepat,” terang Anies mengakhiri jawabannya. (*)
Penulis Fatma Melani Putri Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni