Penyesalan Presiden oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Ulama Kritis Berjejak Manis dan sepuluh judul lainnya.
PWMU.CO – Debat Capres mengungkap siapa saja pemimpin yang bijak dan pemarah. Karakter itu bakal mewarnai jalan pemerintahan ketika Capres itu terpilih.
Negara bisa maju atau hancur berkeping-keping. Rakyat bisa makmur atau sengsara dan tertindas.
Islam mengajarkan umatnya, agar jangan mudah marah. Sebuah hadits menceritakan: Ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad saw: Berilah aku wasiat.
Rasulullah saw bersabda: Janganlah engkau mudah marah. Lelaki tadi mengajukan lagi hal yang sama sampai beberapa kali dan tetap dijawab: Janganlah engkau mudah marah. (HR Bukhari)
Islam melarang kita (terutama pemimpin) membuat keputusan di saat sedang marah. Jika itu dilakukan, sungguh buruk hasilnya.
Penyesalan Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman bisa menjadi pelajaran.
Pada 1945 dia membuat keputusan yang di kemudian hari disesalinya seumur hidup. Kala itu dia mengambil keputusan di saat sedang marah. Dia marah kepada Jepang karena telah menghancurkan armada laut AS.
Lantas dia memutuskan untuk menjatuhkan dua bom atom ke Jepang. Di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan di Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
Bom atom itu telah membunuh 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki. Sejak itu, ribuan telah tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan dengan radiasi yang dikeluarkan oleh bom itu.
Sehari sesudah peristiwa yang sangat mengerikan itu, Truman menyesalinya dan berkata: Andai saja saya tidak menandatangani keputusan yang berbahaya itu. Saya sangat marah (waktu itu). Saya (setelah kejadian itu) berangan-angan, andai ibu tidak melahirkan saya. Andai saja saya mati dua puluh tahun sebelum tragedi itu terjadi.”
Truman terpukul dengan kerusakan hebat yang ditimbulkan oleh kedua bom itu. Selanjutnya, ada korban lain. Salah satu pilot yang menjatuhkan bom itu juga terpukul. Dia lalu bunuh diri.
Sungguh, andai Truman tidak mengeluarkan keputusan di saat sedang marah, tak akan ada tragedi yang sangat mengerikan. Tak akan ada kerusakan hebat yang mendatangkan susah banyak orang. Tak akan ada pilot yang bunuh diri.
Semua orang, tanpa kecuali, diberi tuntunan agar tidak marah. Khusus kepada pemimpin, larangan ini terlebih-lebih lagi. Hal ini, karena di antara tanggung jawab seorang pemimpin adalah mengambil keputusan untuk hal-hal yang menyangkut keperluan orang banyak.
Masalahnya, saat seseorang sedang marah, hilang akal sehatnya yang dipandu oleh nilai-nilai kebenaran. Sebaliknya, yang mengemuka adalah pikiran tak elok karena dipengaruhi oleh hawa nafsu yang menggelegak.
Duhai para pemimpin mari bersama-sama menunduk. Mari bersama-sama untuk terus belajar mengendalikan emosi, terlebih saat di depan umum.
Ya Allah, bimbing kami untuk selalu jauh dari sikap mudah marah. Ya Allah, hadirkan kepada kami pemimpin yang siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Juga dekatkan kepada kami pemimpin yang sabar.
Editor Sugeng Purwanto