PWMU.CO – Dua hikmah kisah Nabi Nuh dalam mendidik keluarga, dihadirkan pada Kajian Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tulangan.
PCM Tulangan mengadakan Kajian Ahad Pagi yang bertempat di Baitul Quran At-Taqwa Desa Kenongo, RT 02 RW 01 Tulangan, Sidoarjo, Ahad (14/1/24). Hadir dalam kajian PRM dan PRA se-Cabang Tulangan, juga ortom-ortomnya . Kegiatan ini selalu mendapatkan antusias dari warga Muhammadiyah Tulangan.
Hadir sebagai narasumber kajian, pakar parenting penulis buku Suhadi Fadjaray, yang mengangkat tema “Bahagia se-Surga”.
Pada mukadimahnya, Suhadi membaca QS al-Furqon ayat 74 وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا , “Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa’,” sitirnya.
Menurut Suhadi, ayat di atas memberi pesan yang amat dalam bagi umat muslim, yakni agar kita senatiasa berdoa dan berharap secara istikamah. “Yaitu agar kita diberi anugerah istri dan anak penyejuk hati dan senantiasa bisa menjadi pemimpin yang baik di keluarga,” tuturnya.
Narasumber mengawali kajian membacakan dua data peristiwa. Pertama, bahwa angka penceraian tertinggi ada di Jawa Timur. “Itulah yang menjadi salah satu penyebab ketidakharmonisan rumah tangga,” tambahnya.
Peristiwa kedua yang menggegerkan adalah di Mojokerto, yakni berita pemerkosaan seorang anak berusia delapan tahun yang berbuat zina terhadap anak TK tetangga sendiri. “Jadi ada yang salah dalam pendidikan keluarga,“ tuturnya dengan wajah sedih.
Dua Hikmah Kisah Nabi Nuh
Dia kemudian melanjutkan, bahwa ada dua pendidikan penting yang diambil dari Surat Hud 42, “Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, ‘Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir’,” ucap Suhadi membacakan ayat.
Di antara dua pelajaran penting dari Nabi Nuh adalah pertama, Nabi Nuh membuat perahu di gunung atas perintah Allah yang mana di mata anaknya dianggap gila tidak masuk akal. “Maka, pelajaran yang diambil ajari anak hal perintah agama yang bersifat gaib, agar mereka paham bahwa alam ini ada yang mengatur,” tuturnya.
Pelajaran kedua, lanjut dia, saat banjir bandang Nabi Nuh dalam keadaan aman di dalam kapal masih tetap ingat anaknya . Jadi inti pelajaran kedua tetap mengajak atau berdakwah keluarga menuju keselamatan. “Berdakwahlah pada keluargamu sampai ajal menjemput nyawa,” ucapnya. (*)
Penulis Sumardani. Editor Darul Setiawan.