PWMU.CO – Tanwir Nasyiatul Aisyiyah yang berlangsung di Pontianak ditutup, Ahad (14/1/2024).
Penutupan ditandai dengan pembacaan keputusan Tanwir I Nasyiah oleh Ketua SC Tanwir, Lia Karisma Saraswati.
Keputusan penting dari musyawarah tinggi ini adalah pengesahan hasil pembahasan sidang komisi pada Sabtu (13/1) tentang perubahan Anggaran Rumah Tangga (ART) Nasyiatul Aisyiyah, konsep dan strategi implementasi Keluarga Muda Tangguh, serta rekomendasi internal dan eksternal Nasyiah yang dicatat dalam Resolusi Khatulistiwa.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Salmah Orbayyinah, yang menutup Tanwir Nasyiatul Aisyiyah mengatakan, mencerminkan berfungsinya roda organisasi dan kepemimpinan Nasyiah.
“Sidang tanwir selain rutin untuk memenuhi tuntutan regulasi organisasi, diharapkan juga memiliki peran strategis dalam rangka memberikan pencerahan pada masyarakat sebagai solusi permasalahan perempuan,” ujarnya di hadapan 250 peserta.
Salmah mengatakan, nilai-nilai keluarga, kader Nasyiah penting juga mengajarkan nilai enterprenur sebagai nilai kemandirian dalam keluarga.
“Kader Nasyiah punya peran besar membentuk keluarga tangguh yang berakar pada nilai-nilai Islam, kasih sayang, keadilan, dan tanggung jawab. Nilai-nilai itu menjadi fondasi utama membangun masyarakat berkeadaban,” paparnya.
Modul Sekolah Parenting yang dirilis Nasyiah pada agenda tanwir ini dinilai sangat tepat oleh Salmah untuk menghadapi permasalahan seperti rendahnya pemahaman parenting (pola asuh), hingga kekerasan dalam rumah tangga yang angkanya masih tinggi.
“Itu adalah solusi membentuk keluarga muda tangguh, salah satunya melalui perempuan,” kata Salmah.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat, Pabali Musa dalam sambutannya menyebutkan keputusan yang sudah didapat dan dirumuskan adalah sebuah hasil yang menjadi puncak.
“Kalau tak mau terkena badai, jangan berumah di pinggir pantai. Hasil tanwir sudah terurai, jadikan target yang harus dicapai,” pesannya dengan gaya berpantun khas Melayu.
Menurutnya, agak unik membicarakan tentang keluarga muda tangguh di Kalbar. Sebab, catatan statistik menunjukkan angka pernikahan dini di bumi khatulistiwa ini tergolong tinggi. Ia berharap Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah mampu merumuskan dengan detail format keluarga muda tangguh.
“Apakah mendidik keluarga dini yang baru kawin, atau justru memberikan persepsi pada masyarakat agar menunda pernikahan dini?” tanyanya.
Ia menambahkan, perempuan tangguh adalah basis untuk memperkuat Indonesia, terutama jika dikaitkan dengan perspektif perekonomian perempuan. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Muhadjir Effendy, Menko PMK pada ceramah umumnya di rangkaian Tanwir I Nasyiah pada Sabtu (13/1).
Penulis Isnatul Chasanah Editor Sugeng Purwanto