A. Qadir Hassan; Penulis Buku-Buku Rujukan Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Ulama Kritis Berjejak Manis dan sepuluh judul lainnya
PWMU.CO – Tak banyak anak yang menyerupai sang ayah dalam hal kecakapannya berdakwah. Di antara yang sedikit itu, dia adalah A. Qadir Hassan. Dia, seperti sang ayah, yaitu A. Hassan, terampil menyampaikan pesan-pesan keislaman.
Sebagaimana ayahnya, A. Qadir Hassan bisa berdakwah dengan baik dalam posisi sebagai pendidik atau guru. Seperti sang ayah, A. Qadir Hassan dapat berdakwah lewat buku-buku karyanya.
Pendek kata, anak dan ayah sama-sama bagus dalam berdakwah. Bagus, saat berdakwah dengan lisan maupun dengan tulisan.
Abdul Qadir Hassan atau sering juga ditulis A. Qadir Hassan lahir di Singapura pada tahun 1914. Dia putera pertama dari A. Hassan, Guru Besar Persis (Persatuan Islam).
Di awal, pengetahuan agama dari A. Qadir Hassan didapatkannya dari sang ayah. Selanjutnya, dia belajar secara otodidak.
Adapun pendidikan formal A. Qadir Hassan, bermula di Sekolah Melayu, Singapura. Lantaran, mengikuti sang ayah yang pada 1923 pindah ke Surabaya, dia lalu belajar di Taman Siswa.
Ketika ayahnya pindah ke Bandung, dia juga turut. Di kota ini, dia melanjutkan pendidikannya di HIS (Hollands Inlandse School) Bandung. Juga, pernah merasakan Sekolah Ambtenaren Belanda.
Pada usianya yang masih muda, A. Qadir Hassan sudah mampu menjadi guru di Pesantren Persis Bandung. Bahkan, pada usia muda itu dia telah memiliki kemampuan menyusun buku Qamus al-Qur’an. Buku itu, diselesaikannya sekitar sepuluh tahun. Hingga kini, buku tersebut sudah dicetak berulang kali.
Ketika sang ayah pindah dari Bandung ke Bangil pada sekitar tahun 1940, A. Qadir Hassan masih aktif mengajar di Bandung. Hal itu berlangsung hingga tahun 1950.
Setelah itu, A.Qadir Hassan pindah ke Bangil. Di sana, A.Qadir Hassan mengajar di Pesantren Persis Bangil bersama-sama sang ayah. Dia menjabat sebagai mudir amm (putra dan putri). Hal tersebut terus dilakukan hingga akhir hayatnya.
Banyak murid A.Qadir Hassan. Mereka datang dari berbagai daerah. Di kemudian hari, tak sedikit di antara murid-muridnya itu yang menjadi ulama sekaligus pemimpin organisasi dakwah. Sekadar menyebut, mereka antara lain:
- Abdul Wahid Alwi (tokoh Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia)
- Muhammad Thalib (Amir Majelis Mujahidin Indonesia)
- Abdurrahim Nur (pernah sebagai Ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur)
- Mu’ammal Hamidy (pernah sebagai mudir Ma’had Ali lil Fiqh wad Dakwah – Bangil)
- Abdullah Said (Pendiri Hidayatullah)
- Ahmad Husnan (tokoh senior Pesantren Al-Mukmin, Ngruki – Solo)
- Yusuf Utsman Baisa (pernah sebagai mudir Pesantren Al-Irsyad Tengaran, Salatiga)
Hal menarik lainnya, A. Qadir Hassan pernah memberangkatkan santri-santrinya untuk melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah. Di sana mereka mengambil jurusan hadits, mengikuti jejak sang guru. Mereka, antara lain adalah Aliga Ramli dan Abdur Rahim Nur. Juga, Ghazie dan Hud.
Baca sambungan di halaman 2: Posisi Tepat