Pangkal Bencana
Jangan berbuat curang, di semua aspek kehidupan! Misal, di bidang ekonomi, pengusaha jangan curang dengan menimbun barang di saat harga murah dan baru menjualnya ketika harga sangat tinggi karena terjadi kelangkaan barang. Di dunia olahraga, wasit jangan curang dengan cara bertindak berat sebelah. Di lapangan politik, penyelenggara Pemilihan Umum (pemilu) jangan curang dengan tak menerapkan aturan yang ada secara adil.
Jangan curang! Curang itu salah satu bentuk kezaliman. Apa zalim? Zalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempat yang semestinya. Zalim adalah penyimpangan dari ketentuan, sedikit atau banyak. Zalim adalah perbuatan yang merugikan orang lain.
Tentang keburukan curang, ada lagi peringatan dari Allah. Dalam sebuah Hadits Qudsi, disebutkan: “Allah Swt telah mewahyukan kepada Nabi Daud As:’Katakanlah kepada orang-orang yang melakukan kezaliman. Janganlah kalian berdzikir kepada-Ku (kecuali setelah bertobat atau dalam usaha bertobat) karena Aku selalu memperhatikan orang yang berdzikir kepada-Ku. Tetapi, perhatian-Ku terhadap orang (yang melakukan kezaliman) berupa laknat kepada mereka’.” (HR Hakim, Dailami, Ibnu ‘Asakir).
Jangan menjadi pecurang! Tak seorangpun suka jika dicurangi. Curang itu meresahkan, yaitu meresahkan bagi yang dicurangi dan–sebenarnya-juga meresahkan bagi si pecurang karena hal itu termasuk dosa. Perhatikan-lah hadits ini: “Kebajikan itu keluhuran akhlaq. Sedangkan dosa adalah apa-apa yang dirimu merasa ragu-ragu dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya” (HR Muslim).
Jangan curang, sebab curang adalah salah satu pangkal bencana yang sangat menyengsarakan. Lihatlah lagi al-Muthaffifin 1, “Wailul lil muthaffifiin” (“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”). Sementara, “wailun” di ayat ini, kata Buya Hamka di Tafsir Al-Azhar, sering diartikan neraka!
Semua orang dilarang curang. Larangan itu semakin keras ditujukan kepada pemimpin. Perhatikanlah hadits berikut ini: “Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan kepemimpinan atas orang lain, lalu ia mati dalam keadaan berbuat curang terhadap orang-orang yang dipimpinnya, melainkan Allah akan mengharamkan atasnya surga” (HR Muslim).
Jika demikian, siapakah pemimpin yang masih berani berbuat curang? Siapa yang rela dihempaskan ke neraka yang sangat menyakitkan? Siapa, siapakah?
Jadi, jangan buat heran masyarakat! Bahwa, dengan ajaran Islam yang sangat jelas tentang bahaya curang masih ada yang berani melakukannya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni