PWMU.CO – Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah didorong Rektor Universitas Riau (Umri) Dr Saidul Amin MA fokus menangani komunitas-komunitas yang membutuhkan perhatian khusus seperti pecandu narkoba dan komunitas LGBT.
Hal ini disampaikan pada sambutannya saat pembukaan training of trainer (ToT) Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Regional I, di Ruang Rektorat Gedung Ahmad Dahlan Umri.
Di awal dia menyampaikan pantun:
Menampah padi di pagi hari
agar dimasak di petang nanti
selamat datang di kampus Umri
anggap saja rumah sendiri
“Ketika Adinda Suhardin, Sekretaris LDK pusat meminta agar Umri memfasilitasi segala-galanya, maka tidak ada jawaban melainkan sami’naa wa atha‘naa, karena rektor yang baik itu tahu diri bahwa apa yang dimiliki AUM adalah milik Muhammadiyah,” imbuhnya.
Saidul Amin menyatakan Umri selama ini selain memberikan kontribusi kepada PP Muhamamdiyah dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), juga memberikan kontribusi kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PCM).
“Subsidi kepada PDM 10 juta per tahun, dan akan diteruskan ke PCM 1 juta per tahun, artinya majunya AUM majunya Persyarikatan,” tegasnya.
Saidul menyampaikan terima kasih atas penghargaan dipilihnya Umri sebagai lokasi ToT LDK. “Semoga LDK bisa menghasilkan format-format yang baru. Meskipun saya lihat di susunan acaranya tadi, sepertinya LDK belum bisa lepas dari Majelis Tabligh,” tuturnya.
Saidul lantas menekankan agar LDK memperhatikan permasalahan khusus yang ada saat ini yang membutuhkan perhatian khusus.
“Di Indonesia ini ada 7 juta orang pecandu narkoba, dan di lapas Riau ini ada 80 persen isinya ada kaitannya narkoba. Pertanyaannya di Muhammadiyah ini sudah 100 tahun lebih belum punya pusat rehabilitasi untuk narkoba. Apa nunggu 100 tahun lagi?” ungkapnya.
Menurutnya permasalahan semacam itu merupakan lahan dakwah LDK. “Coba kita targetkan, di tahun 2025 ini setiap PWM harus punya satu tempat pemulihan narkoba, dan setiap PDM harus punya tempat rehabilitasi narkoba,” ucapnya.
Kedua, permasalahan khusus yang memerlukan perhatian LDK adalah LGBT. “Kita tidak bisa hanya teriak-teriak itu haram, itu pekerjaan Nabi Luth, tapi what should we do, yang sudah kita lakukan itu apa? Maka perlu ada pendekatan-pendekatan psikologis yang berbasiskan syariah,” ungkapnya.
Oleh karena itu, dia mengusulkan agar Muhammadiyah punya pusat konseling untuk LGBT.
“Kalau tidak bahayanya luar biasa, LGBT seperti kanker yang sedikit demi sedikit menggerogoti jiwa bangsa. Tentu banyak masalah-masalah yang lain, tapi ini tidak disentuh oleh tarjih, tidak disentuh oleh tabligh. Dan sesungguhnya ini adalah Medan LDK,” ucapnya.
Terakhir, ia mendoakan, “Semoga acara ini bisa menciptakan format terbaik, agar kita menjadi lembaga yang gemilang, terbilang dan cemerlang,” tandasnya.
Penulis Ain Nurwindasari Editor Mohammad Nurfatoni