PWMU.CO- Ranting jangan ngurusi amal usaha terungkap dalam Gerakan Perempuan Mengaji (GPM) yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Dau di Masjid At Taqwa Muhammadiyah Sengkaling, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (26/1/2024).
Ketua PCA Dau Tatik Chusniati Lc menyampaikan acara bertema Penguatan Keluarga Mewujudkan Qoryah Thayyibah, ini bertujuan menguatkan pemahaman kader tentang konsep keluarga demi mewujudkan sebuah Qaryah Thayyibah (Desa yang Baik) yang merupakan program unggulan Aisyiyah dalam mencapai Baldatun Thayyibatun (negara yang baik).
Dia mengingatkan pentingnya peran perempuan dalam keluarga. ” Perempuan adalah tiang negara. Di balik laki-laki hebat ada perempuan kuat dan hebat. Sebaliknya, di balik laki-laki yang tidak hebat, ada perempuan yang kurang hebat,” ujarnya. Oleh karena itu, Tatik memotivasi para kader untuk terus menghebatkan diri dan terus belajar.
Dua Tugas Ranting Aisyiyah
Ketua Pimpinan Wilayah5 Aisyiyah (PWA) Jawa Timur
Dra Rukmini Amar MAp sebagai pembicara utama dalam GPM ini menyampaikan beberapa hal.
“Qoryah Thayyibah ini tujuannya mensakinahkan keluarga-keluarga yang ada di lingkup kecil; RT/RW dalam sebuah desa atau ranting di mana musholla atau masjid menjadi pusat aktifitasnya,” jelasnya.
Dia mencontohkan seperti program pemerintah melalui Dasawisma PKK yang membina keluarga dalam lingkup per 10 keluarga supaya maksimal pembinaannya.
“Seperti Dasawisma itu Bu, jadi pembinaan dalam lingkup kecil. Nah, Ranting Aisyiyah supaya bisa memaksimalkan perannya di situ,” kata dia.
Rukmini menegaskan tugas ranting itu hanya dua, yaitu pembinaan anggota dan mengadakan pengajian. Dia meyampaikan pengajian Ranting Aisyiyah itu sebagaimana lirik dalam Mars Aisyiyah, haruslah berfokus pada “membina harkat kaum wanita, menjadi tiang utama negara”, mencontoh Nyai Walidah dengan Maghribi School’nya.
Pembinaannya berfokus pada penguatan perempuan dalam memahami posisinya sebaga pribadi, anak, kepala rumah tangga, istri dan ibu yang terbagi dalam kelas remaja putri, kelas isteri, kelas ibu dan kelas lansia tangguh.
“Bu Nyai Walidah punya Maghribi School dari sehabis Magrib hingga Isya. Pembelajarannya mengenai pedoman menjadi perempuan, sekolah untuk mengerti perempuan, sekolah untuk mengerti ayat-ayat tentang kewajiban perempuan sebagai hamba maupun kepala rumah tangga, isteri dan ibu, juga kelas lansia tangguh.” ungkapnya.
“(Jadi) Ranting itu gak usah ngurusi amal usaha. Yang ngurus amal usaha itu cabang. Ranting fokus pada pembinaan kader, ” tegasnya. (*)
Penulis Nurul Hidayah Editor Mohammad Nurfatoni