PWMU.CO – Seni memikat hati dalam menasihati anak diajarkan oleh Spiritual Motivator Evi Silvia Zubaidi, Senin (29/1/2024) pagi.
“Nasihat itu seni memikat hati. Bagaimana anak terpikat dengan apa yang kita bicarakan, tergantung bagaimana Njenengan memberi nasihat,” ujar Evi.
Pada Halaqah Ummahat SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Jawa Timur, Evi awalnya mengisahkan ketika ada ibu yang mengetahui anaknya mencuri. Si Ibu memutuskan esoknya tidak menyekolahkan sang anak dan langsung menghukum anak menulis ‘Janji tidak mencuri lagi’ sebanyak-banyaknya.
Mengetahui hukuman itu, Evi langsung menyuruh si Ibu menghentikan hukumannya. Evi yakin, anak justru akan bosan tapi tidak mengubah perilaku mencurinya.
Sebagai solusi, dia menyarankan, “Print kisah menarik. Misal Abu Bakar dan anak yang angon domba. Habis suruh anak baca, suruh tulis atau ceritakan lagi!” Begitulah menurutnya salah satu langkah seni memikat hati anak.
Di Masjid Faqih Oesman Kampus Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) itu, Evi menekankan nasihat berkaitan erat dengan pujian dan teguran. “Ketika kita memuji anak pasti berhubungan dengan nasihat,” ungkapnya.
Dia berpesan, “Jangan sampai pujian kita menjadikan anak kita jatuh pada keburukan. Jangan sampai teguran kita menjadikan anak jatuh pada keburukan yang lebih buruk!”
Adapun jika marah saat menegur anak, Evi melarang beristighfar. “Nanti nadanya salah. Istighfar nadanya lembut. Astaghfirullah, ampuni hamba,” terangnya dengan suara lembut dan merendah.
Kalau marah, Evi mengajak jamaah menerapkan tutorial dari Rasulullah SAW. “Pertama, baca taawudz. Kalau masih marah, duduk. Kalau masih marah, berbaringlah. Kalau masih marah, ambil air wudhu,” urainya.
Pastikan Punya Ilmu
Untuk memberikan nasihat agar sampai ke anak, kata Evi ada syaratnya. Pertama, harus ada ilmunya. “Pastikan njenengan memiliki literasi yang kuat untuk menyampaikan apa yang njenengan mau sampaikan,” ajaknya.
Dia lantas mengajak para jamaah untuk meneladani guru dan orang tua zaman dulu yang suka sekali belajar. “Yang disampaikan ada ilmunya, bukan karena emosi atau jabatan. Ayo para Ibu dan Guru, belajarlah!” ucapnya.
Evi teringat sabda Rasulullah SAW yang disampaikan Aisyah RA, “Jangan kamu susukan anakmu ke perempuan bodoh.”
Dari sabda itu, Evi menekankan, “Perempuan keren itu bukan perempuan yang glowing. Tapi perempuan yang terdidik, penuh dengan ilmu. Sehingga apa yang ada di kepalanya masuk ke hati dan amalnya. Lalu dia sampaikan dengan cara luar biasa!”
Menurutnya, ibu terdidik itu ketika menegur anak pasti tidak dengan amarah ataupun kesombongan. Evi mengenang kisah Imam Masjidil Haram Syekh Sudais ketika masih kecil.
Orangtuanya mau kedatangan tamu. Dengan polos, Sudais menaburi rumahnya dengan pasir agar indah. Padahal tentu perbuatannya mengotori rumah. Ibunya sangat terkejut dan marah melihat tingkah anaknya. Ibunya mengatakan, “Demi Allah, aku doakan engkau jadi Imam Masjidil Haram.”
Evi menilai, marahnya sang ibu terarah, mendoakan kebaikan untuk anaknya. “Karena saat marah, doa ibu luar biasa,” imbuhnya.
Evi menyakini, seorang anak bisa shalih karena menerima nasihat. Untuk bisa menasihati dengan tepat, Evi mengimbau, “Pastikan punya ilmu! Karena ilmu itu gerbangnya amal. Saat memberikan nasihat, merujuk pada Islam, bukan pada bagaimana umumnya.”
Dia menyarankan agar ketika mau mendidik anak, ibu-ibu memastikan ilmunya terlebih dahulu. Evi menyimpulkan, “Problemnya, kita learning by doing.”
Padahal, Evi mengibaratkan mendidik anak seperti halnya dalam shalat. Tidak mungkin bergerak rukuk, lalu baru belajar membaca doa rukuk. Tentu belajar doa rukuk dulu sebelum praktik rukuk.
Baca di halaman 2: Beramal Shaleh dan Paham Kondisi
Discussion about this post