PWMU.CO – Setiap anak unik dan hebat mengemuka pada sesi tanya jawab Parenting Interaktif yang dilaksanakan di Gedung KB Walidah 1 Gresik Jalan Faqih Usman Gang III No 1-3 Kemuteran, Gresik, Jawa Timur.
Wali murid tampak antusias. Dwi Anne Marita Amd Keb salah satu peserta Parenting bertanya, “Saya punya tiga anak. Anak kedua berbeda dengan kakaknya yang anteng.”
Sampai kadang ketika dia lelah dan marah, pernah melontarkan kata, “Seperti kakak gitu lho anteng!”
Dia pun menanyakan, “Ternyata apa yang saya sampaikan itu salah ya, Bu? Saya berasa sedih juga setelahnya.”
Menurut Noer Suci Endah Puspitaningrum SPsi MPsi Psikolog yang menjadi pemateri parenting kali ini, itu kurang tepat.
“Ibu-ibu, saat kita bilang kamu yang anteng seperti kakak, maka yang akan tersimpan dalam memorinya adalah Mama lebih suka jika dia itu anteng seperti kakak dan itu akan dibawa sampai besar,” ujarnya, Senin (29/1/2024).
Ketika nantinya anak ada masalah, dampaknya akan diam, tidak bercerita atau mengungkapkan ekspresinya. “Jadi kita harus sangat hati-hati. Namun begitu ya, Bu. Terkadang mesti ada keceplosan saat kita tidak terkontrol,” ungkapnya.
Selanjutnya, Suci menyampaikan, “Anak-anak itu diciptakan unik. Jari tangan saja itu tidak ada yang sama ruasnya apalagi karakter anak tidak bisa disamaratakan. Masing-masing mempunyai keunikan, kelebihan dan kekurangan masing-masing.”
Dia mengimbau, orang tua cukup melabeli anakku hebat. “Ojo dibanding-bandingke sama anak yang lain meski itu saudaranya sendiri,” imbuhnya.
Sebab, sambungnya, anak akan melalui beberapa tahapan perkembangan.
Tahap Perkembangan Anak
Salah satu tahap perkembangan anak ialah di aspek sosial. Yakni anak melakukan modelling, mampu menirukan apa yang dia lihat.
“Contohnya, anak usia 3 tahun memakai jilbab yang dibulet-buletkan. Ternyata dia pernah melihat mamanya,” terangnya.
Kemudian, perkembangan lainnya, anak mencapai tahapan perkembangan emosional. Misalnya bermain peran, bernyanyi dan bermain musik, bercerita dan lain-lain.
“Ibu-ibu, emosional ini bukan berarti marah. Perkembangan emosi ini adalah perubahan perilaku yang disebabkan ada stimulus, di situ anak akan merasakan senang saat nyaman bermain, akan nangis ada kalanya saat tidak sesuai dengan keinginannya,” ungkapnya.
Yang terpenting, menurutnya, anak-anak bisa mencapai tahapan ketika anak-anak belajar untuk mengenal sosial emosional ini. Seperti kerja sama, harga diri, kejujuran, disiplin diri, bisa menerima keberagaman, tanggung jawab, serta partisipasi ketika berinteraksi dengan orang lain.
“Cukup itu saja Bu, tidak usah dipaksakan. Misal saat anak bermain dengan temannya, orangtua minta anak sebagai pemimpinnya, kita sesuaikan saja dengan karakter dan kemampuannya,” tutur Suci.
Dia yakin, dukungan baik dari orang tua, guru, dan orang sekitar sangat membantu anak-anak mencapai perkembangannya dengan baik. “Mari kita menjadi orangtua yang baik untuk anak-anak tanpa harus membandingkan dengan anak lain,” ajaknya.
“Ingat Bu, setiap anak itu unik. Jadilah hebat untuk anak-anak kita. Karena anak yang hebat akan terlahir dari ibu-ibu yang hebat,” tutup Suci pada parenting ini. (*)
Penulis Ian Ianah Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni