Ilmuwan Sejati
Pak Fuad senantiasa sepenuh hati dalam mendidik murid-muridnya. Tidak pernah setengah hati dalam mendidik. Terlebih, untuk murid bimbingannya. Beliau menjadi salah satu yang banyak memberi inspirasi terkait banyak hal, terutama dari sisi keilmuan.
Pesan yang selalu dia sampaikan, ilmuwan harus utuh. Kalau menjadi peneliti harus menguasai semua alat-alat yang diperlukan. Maka dari itu metodologi dan statistika menjadi hal yang esensial. Selain itu, seorang ilmuwan juga harus bisa menjawab dan menyederhanakan persoalan-persoalan yang kompleks. Penyederhanaan yang kompleks ini terbukti ketika Pak Fuad mengajar, selalu hanya menampilkan tigasampai lima slide dan disampaikan dalam waktu minimal dua jam (100 menit) kuliah.
Memang Pak Fuad merupakan ilmuwan sejati. Wawasannya luas. Ilmunya banyak dan disampaikan dengan metode yang mudah diterima oleh murid-muridnya.
Pesan lain yang selalu saya dengar dari beliau termasuk pada perjumpaan terakhir adalah “Jadilah ilmuwan yang jujur, berintegritas supaya ilmunya tidak diragukan oleh orang lain. Pada prinsipnya ilmu tidak bebas nilai. Tergantung pada peneliti dan pengembang dari ilmu tersebut. Kalau yang mengembangkan adalah orang yang tidak jujur, maka hasilnya pasti tidak benar,”
Kenangan Statistik
Ada pengalaman menarik ketika saya menempuh pendidikan S2 dibimbing oleh Pak Fuad pada saat mempersiapkan ujian tesis. Kami mahasiswa bertiga bimbingannya, ketika mau minta tanda tangan pengesahan tesis untuk bisa diujikan, kami bertiga menghadap. Untuk kedua teman saya langsung ditandatangani dan ditentukan waktu ujiannya sepekan setelah ditandatangani. Sementara, saya tidak ditandatangani. Saya masih diuji terkait statistik secara umum, artinya bukan hanya statistik yang saya gunakan untuk digunakan dalam tesis saya.
Tentu saja, tidak semua jenis uji statistik dapat saya pahami dengan baik. Karena, saya bukan ahli statistik dan saya tidak sedang kuliah di peminatan statistik. Ternyata apa yang terjadi, naskah saya gagal ditandatangani dan saya gagal dijadwal ujian tesis ketika itu. Pak Fuad mengatakan kepada bahwa saya tidak boleh ujian sebelum menguasai statistik di luar kepala. Minimal, terkait semua analisis standar (dasar) yang biasa dipakai untuk pengujian hasil penelitian. Hal ini penting menurut beliau karena kalau jadi dosen dan peneliti harus paham berbagai analisis statistik.
Ketika itu, saya merasa mendapatkan diskriminasi. Kenapa yang lain boleh ujian, sedangkan saya tidak? Begitulah pertanyaan yang berkecamuk dalam hati saya. Hal ini karena saya harus lulus, dan sejak kecil, saya senang pelajaran matematika. Sudah barang tentu, saya berusaha untuk menguasainya sebagaimana harapan Pak Fuad tersebut.
Kemudian saya pun mengikuti kursus ke beberapa kampus yang ketika itu menyelenggarakan pelatihan statistik seperti UI, ITB, UGM, ITS, dan IKIP Malang. Setelah beberapa bulan berselang dan saya pun berpetualang mengejar pelatihan statistik, saya kembali menghadap Pak Fuda dan tentu bersiap untuk diuji wawasan statistik saya. Alhamdulillah, setelah ditanya berbagai jenis analisis, saya diperkenankan ujian tesis.
Walaupun sempat molor beberapa bulan, akhirnya saya lulus dari pendidikan S2. Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa Pak Fuad menguasai berbagai jenis alat analisis statistik.
Setelah lulus S2 baru saya rasakan hikmah dan manfaatnya, meskipun Pak Fuad memutuskan menunda kelulusan saya selama tidak kurang dari tiga bulan. Saya bisa tahu dan pernah menginjakkan kaki hampir di seluruh provinsi di Indonesia Timur dan tengah karena bekal statistik. Betapa tidak, saya diundang mengajar di beberapa perguruan tinggi swasta baik D3, S1, maupun S2 untuk mengajar metodologi dan statistik. Bahkan, juga pernah menjadi narasumber pada workshop statistik di salah satu perguruan tinggi negeri.
Pak Fuad memang luar biasa membaca talenta murid muridnya. Beliau bisa memandang jauh ke depan terkait kebutuhan ilmuwan di masa yang akan datang.
Baca sambungan di halaman 3: Pembimbing Hebat