Berlian Cheerful Camp: Semaphore, Penyelamat di saat Darurat
PWMU.CO – Berlian Cheerful Camp (BCC) membahas materi semaphore. Penyampainya Ketua Kwarcab Hizbul Wathan GKB Gresik, Yugo Triawanto MSi. Acara SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School) Gresik, Jawa Timur, di sekolah, Jumat (02/02/24).
Ia bertanya kepada 120 peserta BCC tentang alasan mengapa belajar semaphore, sedang saat ini sudah zamannya teknologi informasi.
“Mengapa masih mau belajar semaphore? Kan sekarang sudah zamannya teknologi yang canggih,” tanyanya.
Seluruh siswa antusias dan bersemangat dalam forum interaktif itu. Lantas salah satu siswa yang mengangkat tangan diberikan kesempatan untuk menjawab.
Ia adalah Damar Shawqi Diwangkara, siswa Kelas 5 Gamma. Menurutnya semaphore diperlukan kalau nanti terjadi kondisi darurat.
“Semaphore itu dibutuhkan ketika sedang tidak ada listrik, tidak ada internet seperti saat terjadi bencana alam jadi harus pakai semaphore,” jawabnya.
Menyambungkan pada pengalaman saat gempa Yogyakarta terjadi beberapa tahun silam, Yugo menceritakan bagaimana semaphore sangat bermanfaat saat kondisi tersebut.
“Contohnya saat terjadi gempa di Yogya. Ada isu bahwa akan terjadi tsunami sehingga mempengaruhi warga untuk meninggalkan rumah. Dan setelahnya rumah-rumah itu akan dijarah harta bendanya,” ceritanya.
Ia melanjutkan, saat itu kader-kader Hizbul Wathan memanfaatkan semaphore untuk memberikan informasi kepada seluruh warna Yogya untuk tetap tinggal di rumah. Isi pesan itu singkat dan padat tetapi informatif.
“Tidak ada tsunami, jangan tinggalkan rumah!”
Dan alhamdulillah berhasil menguatkan warga agar tetap di rumah, sehingga keadaan tetap kondusif.
Wakil Kepala SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik Bidang Kesiswaan itu menjelaskan bahwa materi semaphore ini dipilih karena menjadi salah satu aspek penting dalam menumbuhkan jiwa survival siswa.
“Materi semaphore dipilih dalam BCC kali ini dengan tujuan membangun kompetensi di bidang survival. Dewasa ini anak-anak familiar dengan teknologi komunikasi, tetapi tidak banyak yang memahami cara komunikasi dengan semaphore ini,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa semaphore akan menjadi kemampuan dasar dalam bertahan, jika pada kondisi terbatas akses listrik, internet maupun yang menghambat proses informasi lainnya. (*)
Penulis Fatma Hajar Islamiyah Editor Mohammad Nurfatoni